Humaniora dan Digital Skills sebagai Strategi Sinergis Kebangkitan Nasional 

PERINGATAN Harkitnas setiap 20 Mei tidak hanya menjadi refleksi historis, tetapi juga momentum untuk mengevaluasi kesiapan menghadapi tantangan

Editor: Hari Susmayanti
Dok UKDW Yogyakarta
HARKITNAS : Rayakakan Harkitnas lewat sinergi humaniora dengan digital skils 


Kecerdasan buatan bisa menjadi alat propaganda jika tidak diimbangi etika, sementara media sosial berpotensi merusak kohesi sosial tanpa literasi budaya. 


Karena itu, integrasi kedua bidang ini bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan strategis.


Sinergi Humaniora-Teknologi

Fakultas Kependidikan dan Humaniora (FKHUM) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, menjawab tantangan ini melalui pendekatan pendidikan yang holistik. 


Kurikulumnya dirancang untuk membentuk lulusan yang tidak hanya menguasai teori humaniora, tetapi juga terampil dalam pemanfaatan teknologi untuk transformasi sosial. 


Melalui metode experiential learning dan project based learning, mahasiswa diajak mengimplementasikan ilmu kependidikan dan humaniora dalam proyek-proyek berbasis digital. 


Contohnya, merancang modul pembelajaran inklusif menggunakan augmented reality (AR), atau mengembangkan kampanye literasi digital yang mengangkat kearifan lokal. 


FKHUM UKDW juga menekankan kompetensi lintas budaya melalui kolaborasi dengan komunitas multietnis, memastikan lulusannya mampu menjadi mediator di tengah kompleksitas masyarakat Indonesia. 


Hasilnya adalah profil lulusan yang unik: akademisi dengan jiwa humanis, praktisi teknologi yang beretika, dan agen perubahan yang responsif terhadap dinamika global.


Kebangkitan Nasional 2025: Saatnya Bertransformasi dari Konsumen menjadi Kreator


Harkitnas 2025 harus menjadi titik balik bagi Indonesia untuk beralih dari pola pikir consumer teknologi menjadi creator yang mandiri. 


Ini hanya mungkin tercapai jika pendidikan mampu menyinergikan tiga elemen kunci: Nilai Humaniora sebagai panduan etis, Kecakapan Digital sebagai alat inovasi, dan Kompetensi Lintas Budaya sebagai perekat sosial. 


FKHUM UKDW telah menunjukkan melalui kurikulum integratifnya bahwa visi ini bukanlah utopia. 


Dari Budi Utomo hingga era metaverse, esensi kebangkitan nasional tetap sama: membangun kemandirian bangsa melalui pendidikan. 


Perbedaannya, kini kita membutuhkan pendekatan yang lebih dinamis—mengombinasikan kebijaksanaan humaniora dengan kecanggihan teknologi.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved