Loreng di Balik Damai, Pengabdian Serma Wahyu untuk Warga Sumberlangsep Lumajang
Setiap pagi, saat aliran sungai tengah meningkat, Sersan Mayor Novi Wahyu Santoso sudah bersiap di tepi Sungai Regoyo
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, LUMAJANG - Bukan hanya di medan perang, prajurit berseragam loreng itu kini sibuk menggendong para siswa yang hendak menyeberang sungai.
Setiap pagi, saat aliran sungai tengah meningkat, Sersan Mayor (Serma) Novi Wahyu Santoso sudah bersiap di tepi Sungai Regoyo, Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Bukan untuk mengecek ketinggian air sungai, namun Serma Novi Wahyu Santoso hadir di tengah-tengah masyarakat untuk menyeberangkan para siswa yang hendak bersekolah.
Ratusan anak di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas memang perlu perjuangan lebih untuk bisa pergi ke sekolah.
Jika biasanya anak-anak berangkat sekolah sambil berjalan menyusuri ramainya jalan raya, bagi siswa-siswi asal Dusun Sumberlangsep, pergi ke sekolah harus melalui perjuangan dengan menyeberangi sungai.
Sungai Regoyo adalah aliran sungai yang berada di kaki Gunung Semeru dan menjadi langganan terjangan banjir lahar dingin saat hujan turun.
Berkat pengorbanan Serma Wahyu itulah, ratusan anak-anak Dusun Sumberlangsep bisa sampai di sekolah dengan selamat.
Pekerjaan itu sudah dijalani Serma Wahyu selama tiga tahun terakhir.
Bagi Serma Wahyu, pengabdian kepada bangsa dan negara tidak harus dilakukan di medan perang, namun bisa dilakukan dengan terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk membantu kesulitan yang dihadapi.
Para pelajar asal Sumberlangsep terpaksa harus menyebangi sungai lantaran satu-satunya jalan yang bisa dilewati oleh warga di Dusum Sumberlangsep adalah jembatan limpas yang membentang di atas Sungai Regoyo sepanjang 200 meter dengan lebar jembatan hanya 2 meter.
Jembatan limpas adalah jembatan tanpa pagar yang konstruksinya mirip dengan dam atau bendungan.
Letaknya tepat di aliran sungai. Bagian bawah jembatan limpas diberi rongga untuk jalan air dan material sedangkan atasnya difungsikan untuk jalan melintas warga.
Baca juga: Hasto Wardoyo Beberkan Arahan Sri Sultan HB X, Penataan Stasiun Lempuyangan Harus Kedepankan Empati
Namun, saat banjir lahar dingin menerjang, material yang dibawa derasnya air banjir dari Gunung Semeru seperti pasir dan batu selalu melintas di atas jembatan.
Sehingga, jembatan yang jadi akses satu-satunya bagi warga Sumberlangsep ini tidak bisa dilintasi.
Sebab, jika nekat melintas, resikonya sangat besar yakni jatuh ke aliran di bawah jembatan yang jaraknya lebih dari 5 meter.
Alternatifnya, warga yang hendak beraktivitas maupun anak-anak yang hendak pergi sekolah harus melintasi aliran Sungai Regoyo dengan arus yang cukup deras dan batuan yang terjal.
Meski sama-sama berbahaya, tapi resikonya lebih kecil dibanding jatuh dari jembatan limpas karena terseret arus.
Kondisi ini yang menggugah Serma Wahyu untuk selalu siaga di pinggir Sungai Regoyo bahkan sebelum matahari terbit dari ufuk timur.
Tujuannya hanya satu, agar anak-anak di dusun yang kerap terisolir saat banjir lahar ini bisa tetap mendapatkan pendidikan.
"Saya kan Babinsa ya memang harus bermanfaat dan dekat sama warga. Kasian loh lihat anak-anak nyebrang sungai sambil tenteng sepatu karena takut basah, jadi ya saya gendong, mereka semangat mau sekolah tapi kondisinya seperti itu," kata Wahyu di Lumajang, Jumat (11/4/2025) dikutip dari Kompas.com.
Serma Wahyu mengaku menjalani pekerjaan menyeberangkan anak-anak dengan penuh ketulusan.
Selain membantu, Serma Wahyu mengaku bisa sekaligus berinteraksi dengan masyarakat, terutama para anak-anak sekolah.
Salah satu kebiasaan Serma Wahyu saat menggendong anak-anak adalah bertanya soal cita-citanya.
"Kalau tahu cita-cita anak-anak ini pasti tambah semangat, karena mereka punya impian besar dan jadi penerus kita nanti," ceritanya.
Wahyu menuturkan, aktivitasnya menggendong anak-anak pergi sekolah sudah rutin dilakukan selama tiga tahun terakhir sejak dirinya berdinas di Koramil Candipuro.
Selama tiga tahun itu, setiap malam ia selalu rutin memantau kondisi cuaca.
Apabila terjadi banjir, maka pagi-pagi sekali ia sudah bersiaga di pinggir sungai.
Ia pun berharap, pemerintah segera memberikan perhatian dan tindakan kepada warga di Dusun Sumberlangsep agar aktivitasnya bisa lancar.
Menurutnya, kondisi ini sudah berlangsung sangat lama dan belum ada solusinya.
Meskipun, sebenarnya pemerintah telah memperbaiki jembatan limpas yang sempat terputus.
Namun, usai diperbaiki itu aktivitas warga tetap terganggu karena banjir lewat di atas jembatan limpas yang membuatnya tidak bisa dilewati.
"Saya ikhlas, tujuannya agar anak-anak bisa sekolah dan warga aksesnya bisa dibenahi, masalah saya viral itu nomor sekian, yang penting anak-anak karena ini akses satu-satunya," jelas Wahyu.
Wahyu sempat punya keinginan untuk membuat akses alternatif menggunakan tali sling yang membentang di atas jembatan limpas.
Tali itu nantinya digunakan untuk menyebrang saat ada banjir lahar.
Sehingga, anak-anak tidak perlu lagi berjalan menyusuri sungai dengan arus deras dan bebatuan yang terjal.
"Rencana saya kalau ada dananya mau ada tali sling itu lo nanti ada dudukannya buat menyebrangkan orang kayak lift-lift yang di salju itu lo," pungkasnya. (*)
Pria Lumajang Ini Tiba-tiba Mendapat Kiriman Banyak Paket COD Total Rp20 Juta, Lapor Polisi |
![]() |
---|
Selama 24 Jam Terakhir, Gunung Semeru Alami 55 Kali Erupsi |
![]() |
---|
Video Viral Sejumlah Pendaki Nekat Muncak ke Mahameru Semeru, Begini Penjelasan BBTNBTS |
![]() |
---|
Kronologi Puluhan Warga Lumajang Alami Keracunan Massal Setelah Makan Ketan Koro |
![]() |
---|
Tips Pendakian Gunung Semeru dan Persyaratan yang Dibutuhkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.