Industri Pariwisata di Jogja Keluhkan Menurunnya Daya Beli Masyarakat, Ini Respons DPD RI 

Dalam kesempatan tersebut, Syauqi memastikan, bakal membawa seluruh aspirasi untuk menjadi pembahasan di tingkat nasional.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Suasana pertemuan antar stakeholder pariwisata yang digagas Anggota DPD RI, Ahmad Syauqi Soeratno, di Gedung Perwakilan DPD RI DIY, Kota Yogya, Rabu (9/4/2025) sore. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penurunan daya beli masyarakat yang semakin terasa akhir-akhir ini, menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata di DI Yogyakarta.

Beragam keluhan pun dilontarkan para pelakunya, melalui pertemuan antar stakeholder yang digagas Anggota DPD RI, Ahmad Syauqi Soeratno, di Gedung Perwakilan DPD RI DIY, Kota Yogya, Rabu (9/4/2025) sore.

Dalam kesempatan tersebut, Syauqi memastikan, bakal membawa seluruh aspirasi untuk menjadi pembahasan di tingkat nasional.

Bukan tanpa alasan, keresahan terkait menurunnya daya beli masyarakat dirasakan di seluruh Indonesia, bukan sebatas di Yogyakarta saja.

"Lalu, konsekuensinya, okupansi perhotelan juga menurun, tidak sesuai dengan harapan. Ini persoalan industri, tidak hanya masing-masing hotel," tandasnya.

Menurutnya, pemerintah dengan berbagai kebijakannya di tingkat pusat, tidak boleh membiarkan dampaknya menimbulkan kegelisahan di tengah masyarakat.

Baca juga: Kunjungan Wisatawan ke DIY Selama Libur Lebaran 2025 Lampaui Target, Ini Rinciannya

Oleh sebab itu, ia berharap, seluruh asosiasi pariwisata di Indonesia bisa turut bersuara, supaya aspirasi benar-benar terkumpul secara nasional.

"Persoalan daya beli yang menurun itu riil. Persoalan ketidakjelasan juga riil. ketidakpastian itu membuat investasi atau manajemen bisnis tidak bisa mengambil keputusan. Ini harus segera diantisipasi pemerintah," tegasnya.

Lebih lanjut, senator asal DIY itu mendorong, agar Yogyakarta yang selama ini leading di dunia pariwisata, tidak berhenti dan berputus asa begitu saja.

Dalam artian, para pelaku industri tourism harus senantiasa bergerak dan mencari jalan keluar dengan segala proses kreatif yang dimilikinya.

"Kita punya daya tahan. Semoga, dalam waktu yang tidak lama, bisa ketemu formula penyelesaian yang implikasinya luas. Tidak hanya dari sisi pendapatan daerah, kunjungan, atau length of stay, tapi sampai ke multiplier effect, seperti sektor ketenagakerjaan," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved