Mendiktisaintek Sebut Pendaftar Masuk Perguruan Tinggi Menurun, Ini Faktornya

Menurunnya calon mahasiswa ini diakui Brian sebagai salah satu indikasi bahwa lapangan kerja semakin menurun.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
KOMPAS.com/Ardito Ramadhan
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto, Ph.D 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto, Ph.D mengatakan jumlah pendaftar calon mahasiswa ke perguruan tinggi mengalami penurunan.

Menurunnya calon mahasiswa ini diakui Brian sebagai salah satu indikasi bahwa lapangan kerja semakin menurun.

“Saya bertemu dengan beberapa Rektor PTN dan PTS, yang terjadi saat ini adalah jumlah pendaftar perguruan tinggi kita menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan tenaga kerja terampil, berpengetahuan dan berpendidikan tinggi itu juga turun. Artinya memang betul terkonfirmasi dari data, bahwa industri kita mungkin sebagian berubah menjadi perdagangan saja,” ujarnya dalam Kuliah Bestari (KB) bertajuk ‘Menyalakan Nurani Bangsa’ yang disiarkan secara daring di Youtube UGM, Rabu (19/3/2025).

Brian beranggapan, Indonesia sedang memasuki era penurunan kemampuan untuk memproduksi barang, sehingga negara membutuhkan kebangkitan industri.

Ia mengungkap, munculnya beragam industri ini akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan.

Dengan begitu, masyarakat mampu memperbaiki gizi serta memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak hingga ke jenjang pendidikan tinggi.

Di sisi lain, negara juga dilema dengan isu menciptakan industri terlebih dahulu atau menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggulnya.

“Kalau banyak menciptakan SDM unggul, riset inovasi kita kuat tapi industri tidak siap, mungkin kita juga akan bertepuk sebelah tangan. Demikian juga dengan industri yang mau meningkat tajam, kalau SDM tidak siap itu juga jadi permasalahan,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, rasio lulusan S2-S3 terhadap populasi usia produktif di Indonesia hanya mencapai 0,5 persen, jauh di bawah negara-negara maju yang memiliki rasio sekitar 9 persen.

Baca juga: Pakar Hukum UGM: RUU TNI adalah Bentuk Kepongahan Negara Membuat Aturan

Bahkan jika dibandingkan dengan Malaysia, Vietnam, dan Thailand, yang memiliki rasio 2,4 persen, Indonesia masih tertinggal cukup jauh.

Ia berpendapat dalam upaya keluar dari jebakan negara pendapatan menengah.

“Bangsa Indonesia harus maju dan mampu bersaing dalam penguasaan teknologi dan inovasi,” katanya.

Salah satu tantangan besar bagi pendidikan tinggi di Indonesia adalah meningkatkan indeks penguasaan inovasi teknologi serta jumlah peneliti secara signifikan.

Pasalnya, peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index masih tergolong rendah, menunjukkan perlunya strategi yang lebih agresif dalam mendorong inovasi dan penelitian.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved