Puisi
10 Puisi Bertema Mimpi Karya Penyair Terkenal Indonesia, W.S. Rendra hingga H.B. Jassin
Mimpi, yang seringkali bersifat abstrak dan tidak logis, dapat diungkapkan dengan indah melalui bahasa kiasan dan simbolisme dalam puisi.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM - Puisi memungkinkan penyair untuk mengekspresikan imajinasi mereka secara bebas.
Mimpi, yang seringkali bersifat abstrak dan tidak logis, dapat diungkapkan dengan indah melalui bahasa kiasan dan simbolisme dalam puisi.
Mimpi sering kali dipenuhi dengan emosi dan perasaan yang kuat.
Puisi, dengan kemampuannya untuk menyampaikan emosi secara mendalam, dapat menangkap esensi dari mimpi tersebut.
Berikut puisi-puisi bertema mimpi karya penyair terkenal Indonesia:
1. Sajak Sebotol Bir - W.S. Rendra
Menenggak bir sebotol,
menatap dunia,
dan melihat orang-orang kelaparan
Membakar dupa,
mencium bumi,
dan mendengar derap huru-hara.
Hiburan kota besar dalam semalam,
sama dengan pembangunan sepuluh desa!
Peradaban apakah yang kita pertahankan?
Mengapa kita membangun kota metropolitan,
dan alpa terhadap peradaban di desa?
Kenapa pembangunan menjurus kepada penumpukan,
dan tidak kepada pengedaran?
Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari industri,
tapi tumbuh dari kebutuhan negara industri asing
akan pasaran dan sumber pengadaan alam.
Kota metropolitan di sini,
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika,
Australia, dan negara industri lainnya.
Di manakah jalan lalu lintas yang dulu?
Yang menghubungkan desa-desa dengan desa-desa?
Kini telah terlantarkan.
Menjadi selokan atau kubangan.
Jalan lalu lintas masa kini,
mewarisi pola rencana penjajah tempo dulu,
adalah penyaluran barang-barang asing dari
pelabuhan ke kabupaten-kabupaten dan
bahan alam dari kabupaten-kabupaten ke pelabuhan.
Jalan lalu lintas yang diciptakan khusus,
tidak untuk petani,
tetapi untuk pedagang perantara dan cukong-cukong.
Kini hanyut di dalam arus peradaban yang tidak kita kuasai.
Di mana kita hanya mampu berak dan makan,
tanpa ada daya untuk menciptakan.
Apakah kita akan berhenti sampai di sini?
Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri?
Apakah kita bermimpi untuk punya pabrik-pabrik
yang tidak berhenti-hentinya menghasilkan...
harus senantiasa menghasilkan...
dan akhirnya memaksa negara lain
untuk menjadi pasaran bagi barang-barang kita?
………………………….
Apakah pilihan lain dari industri hanya pariwisata?
Apakah pemikiran ekonomi kita
hanya menetek pada komunisme dan kapitalisme?
Kenapa lingkungan kita sendiri tidak dikira?
Apakah kita hanya akan hanyut saja
di dalam kekuatan penumpukan
yang menyebarkan pencemaran dan penggerogosan
terhadap alam di luar dan alam di dalam diri manusia?
……………………….
Kita telah dikuasai suatu mimpi
untuk menjadi orang lain.
Kita telah menjadi asing
di tanah leluhur sendiri.
Orang-orang desa blingsatan, mengejar mimpi,
dan menghamba ke Jakarta.
Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar mimpi
dan menghamba ke Jepang,
Eropa, atau Amerika.
2. Yang Masih Ada - Diah Hadaning
Suaranya masih ada
di antara kesiur angin
di pohon kota raya
sesiapa menangkap pesan
terkirim dari liang kerinduan
ya, lama menanam benih
dalam aroma uap plitur
jika terlambat tumbuh
dan tak sempat memetik buah
bukan berarti diri tak pintar
tapi kota tempat bermukim
telah kehilangan musim.
Seorang sahabat lama
berdoa sambil memandang guguran cemara
bisikkan tentang jaman yang berubah
meski masih ada tangis dan darah
meski orang hilang mimpi
meski orang hilang bayang
setidaknya ada yang harus ada.
3. Kehilangan Mimpi - Abdul Wachid B. S.
Semakin aku kehilangan mimpi bunga
semakin rumah hati kosong
dari keharuman yang terjaga
maka, o cintaku
pasanglah beberapa vas di sana
seperti harapan-harapan bunga yang
setiap kali meledak sebelum luruh yang
mungkin bersama belulangku
atau tinggal diam saja
bersila di tanah
dengan wajah menengadah
seperti patung Budha?
tidak! buka tutup sajalah pintu itu
biar aku lebih mengerti
arti gerit jendela
oleh angin lalu yang
menghembus dalam mimpi
karena ada yang
lebih bermakna
di balik nama-nama dan benda
di situ.
4. Tentang Mimpi - Motinggo Boesje
Dalam pengalaman Sanu aku bermimpi
Seorang Raja memasuki rumah berpintu rendah
Terantuklah kepada beliau yang dihormati jutaan manusia
(termasuk tukang cukurnya)
Dan tahun depan
Kuceritakan pada seorang kawan
Harap tenang
Beliau akan tumbang
Ha? Ya!
Di antara ha dan ya dan ya ha dan ya
Kemudian,
Hal itupun terjadilah
Pernah kudengar kun itu
Di telinga kananku
5. Elegi Nelayan Tua - Idrus Tintin
Lelaki tua itu tersengguk-sengguk di emper gubuk
Bulan layu rendah di langit
Air mulai surut
dan terlena digerogoti mimpi
Sebentar lagi subuh tiba
Inikah impian penghabisan seorang nelayan
Kaki dan tangan kaku dibelasah encok
Dada seperti terbakar batuk batuk batuk
Berteman dengan bulan dan air surut air pasang
Kokok ayam dan cicit murai
Menyambut pagi
Yang bukan lagi miliknya?
Panorama masa lalu tergambar di layar langit
dengan kail memancing ikan ikan ikan
sembilang tenggiri selar dingkis tamban jahan
ikan ikan ikan
pancing bubu belat kelong jala jaring
Selamat tinggal?
Encok yang datang marilah kamu
Batuk yang masuk teruskan jalanmu
ikan-ikan masa lalu
ikan-ikanku besok
Dan pertarungan akan berlanjut
terus!
6. Mimpiku Menembus Awan - Handrawan Nadesul
Mimpiku menembus awan
Mencari yang dulu pernah kutanam
Tunas di tiap rantingku
Seperti ketika melamun di waktu kecil
Ingat roti teman sebangku bertabur cokelat
Yang kukunyah selapis gula merah
Nasi gorengku bawang dan rawit
Harum telur dadar kotak nasi sahabatku
Menghidupkan impian kecilku
Kubayangkan kalau nanti berbuah-buah
Bertumbuh pohonku setinggi awan
Berharap kelak menjadi roti cokelat
Sepiring nasi goreng yang lengkap
Telur dadar tersaji kapan kumau
Mimpiku menembus awan
Menemukan letak angan-anganku
Tentang rumah kecil ribuan jendela
Supaya pernah kumemandang benua
Merasakan setiap keping nurani
Melupakan terkoyak kelopak daunku
Bersama angin sekarang aku duduk
Menaruh hormatku pada setiap bintang
Sekian lama ia merawat umurku
Sekarang waktunya kukenang ibu
Menjahit kain sprei jadi seragam sekolahku
Menyiapkan pindang kecap sarapanku
Hanya satu doa kalau besar aku nanti
Buah kebun ziarahku ranum semua
Mimpiku menembus awan
Kini aku duta di langit semesta
Di tanganku rembulan
Andai dulu tak pernah kabut menghadang
Jika bukan karena belukar
Tak mungkin sekarang kupegang bintang
Matahari yang hanya kugapai dulu
Kini menjadi samuderaku
Tempat kularung perahu tuaku
Merengkuh seluruh teluk
Singgah di setiap silamku
Sambil menanti kosong cangkirku
Mengeringkan cedera kalbuku
Meringankan keranjang hidupku.
7. Demi Mimpi - Dianing Widya Yudhistira
Aku tak akan pernah lupa
saat aku terjaga kau rapatkan
selimut ke tubuh kecilku
lalu lonceng berdentang berkali-kali
mengabarkan malam telah menua
Aku tak akan pernah lupa
saat senja merayapi tubuh
kau datang dengan baju hangatmu
lalu mengajariku alif ba ta
Aku pergi ibu — demi mimpi
lalu butiran air matamu
jatuh diujung daun jendela.
Sekarang mimpi itu melebat di alis mataku
Aku belum bisa membawamu kembang
8. Kesaksian Tahun 1967 - W.S. Rendra
Dunia yang akan kita bina adalah dunia baja
kaca dan tambang-tambang yang menderu.
Bumi bakal tidak lagi perawan,
tergarap dan terbuka
sebagai lonte yang merdeka.
Mimpi yang kita kejar, mimpi platina berkilatan.
Dunia yang kita injak, dunia kemelaratan.
Keadaan yang menyekap kita, rahang serigala yang menganga.
Nasib kita melayang seperti awan.
Menantang dan menertawakan kita,
menjadi kabut dalam tidur malam,
menjadi surya dalam kerja siangnya.
Kita akan mati dalam teka-teki nasib ini
dengan tangan-tangan yang angkuh dan terkepal
Tangan-tangan yang memberontak dan bekerja.
Tangan-tangan yang mengoyak sampul keramat
dan membuka lipatan surat suci
yang tulisannya ruwet tak bisa dibaca.
9. Hanya dalam Puisi - Ajip Rosidi
Dalam kereta api
Kubaca puisi: Willy dan Mayakowsky
Namun kata-katamu kudengar
Mengatasi derak-derik deresi.
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan gunung-gunung
Lalu sajak-sajak tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang terbungkuk sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi.
Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari mencari Hawa.
Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada situasi?
Dalam lembah menataplah wajahmu yang sabar.
Dari lembah mengulurlah tanganmu yang gemetar.
Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir: Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.
Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.
10. Mimpi dan Hidup - H.B. Jassin
Pernah saudara bermimpi
Mendapat uang perak dan emas,
Lekas digenggam kuat dan keras,
Takut 'kan hilang orang rampas,
Kemudian terinsyaf bangun,
Tiada sesen di dalam kantung?
Nampak saudara orang
Mengumpul harta dunia,
Memeras tenaga cepat lekas,
Inginkan harta limpah-limpahan,
Kemudian...
Diusung ke kubur
Di dalam kafan?
Saudara. Coba bandingkan:
Mimpi dan Hidup mana yang benar,
Dalam kedua tiada bawaan. (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita)
Makna Puisi Orang-Orang Miskin Karya W.S. Rendra |
![]() |
---|
Makna Puisi Aku Berkisar Antara Mereka Karya Chairil Anwar, Sebuah Potret Eksistensi Sosial |
![]() |
---|
Makna Puisi Wanita Pengumpul Kayu Bakar Karya Abdul Wachid BS, Kritik Kemunafikan Moral dan Hasrat |
![]() |
---|
Makna Puisi Malam di Kota Khatulistiwa karya Wiji Thukul, Potret Dualitas Kehidupan |
![]() |
---|
Makna Puisi Apakah Kartini Karya Sosiawan Leak: Mengawal Perkembangan Emansipasi Wanita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.