Ribuan Santri di Sewon Sudah Mendapat MBG Sejak 24 Februari 2025, Ini Cerita Pengasuh

Pengasuh Tsanawiyah Putra Ali Maksum, Nilzam Yahya, mengatakan setidaknya ada sekitar lebih dari 2.000 santri yang sudah mendapat MBG

Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
MBG DI PONPES: Ilustrasi foto dok makan bergizi gratis. Ribuan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Ali Maksum Krapyaksudah mendapatkan program MBG sejak 24 Februari 2025. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Ribuan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Ali Maksum Krapyak, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, telah mendapatkan program makan bergizi gratis (MBG) sejak 24 Februari 2025.

Pengasuh Tsanawiyah Putra Ali Maksum, Nilzam Yahya, mengatakan setidaknya ada sekitar lebih dari 2.000 santri dari jenjang tsanawiyah atau sekolah menengah pertama (SMP) dan aliyah sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK), yang mendapatkan program MBG.

"Selama ini, menu makanan yang diberikan itu bervariasi. Dan alhamdulillah makanan yang diberikan untuk anak-anak itu selalu habis. Karena saya rasa yang masak juga pintar, jadi enggak ada santri kami yang sampai buang nasi atau sayur dari sajian MBG itu," katanya, saat dikonfirmasi, Jumat (7/3/2025).

Porsi kurang

Hanya saja, untuk porsi makanan tersebut dinilai kurang banyak. Sebab, biasanya porsi makan anak-anak Ponpes jenjang tsanawiyah dan aliyah cukup banyak.

Sedangkan ukuran nasi yang didapatkan tidak seperti porsi biasa atau saat mereka makan.

Maka dari itu, pihaknya berharap ke depan, ada pertimbangan soal pemberian porsi makan untuk para santri. Ia berharap porsi makan untuk nasi dan sayur bisa lebih banyak dari porsi biasanya.

"Atau nanti dimodel berbeda. Pemberiannya bisa dibuat seperti prasmanan, agar anak-anak bisa mengambil nasi sesuai porsinya. Saya kira lebih bagus begitu, karena bagaimana pun setiap anak itu berbeda. Ada yang seumuran mereka lagi banyak-banyaknya makan," ujarnya.

MBG Ramadan

Saat Ramadan 1446 H / 2025 M, program MBG tersebut juga tetap berjalan. Menu yang diberikan untuk para santri berupa makanan kering, sedangkan pada hari biasa diberikan menu berat.

"Untuk program MBG Ramadan, sepertinya baru jalan. Hari ini sepertinya sudah jalan. Tapi, makan kering. Karena kan ada instruksi kalau Ramadan diberikan makanan kering. Jadi ada roti, susu, dan sejenisnya. Kalau biasanya kan ada nasi, ayam, sayur, telur, dan sejenisnya. Tapi menu hari ini apa, saya belum monitor," papar Nilzam.

Ia juga menceritakan kebiasaan anak-anak atau santri sebelum adanya program MBG ini.

Beberapa santri biasa masak sehari tiga kali untuk memenuhi kebutuhan makan pagi, siang, dan malam.

Namun, sejak memperoleh MBG, para santri hanya perlu memasak untuk pemenuhan makan siang dan malam.

"Di Ramadan ini hanya dapat makanan kering, jadi para santri kami tetap masak untuk makanan berat buka puasa dan sahur. Apalagi, kita semua tahu ya, Ponpes adalah institusi yang tidak memperoleh keuntungan, jadi kita juga berusaha untuk memberikan terbaik pada anak," urai dia.

Pihaknya mengucap syukur karena para santri mendapatkan program MBG untuk pemenuhan gizi yang seimbang.

Ia berharap agar program tersebut dapat terus berjalan untuk mendukung tumbuh kembang anak.

"Ya saya juga memaklumi. Ini kan program baru, pasti ada kekurangan di sana sini. Tapi, kearifan tersebut menurut saya bisa dipahami menjadi sebuah keberagaman. Yang paling penting dalam MBG ini adalah makanan yang fresh dan bukan makanan yang frozen-frozen begitu," ucapnya.

Libatkan BUMKal

Sementara itu, Direktur Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Panggung Lestari Panggungharjo, Ahmad Arief Rohman, mengaku senang bisa terlibat sebagai penyedia MBG. 

Sejak program itu berjalan, pihaknya terlibat memproduksi ribuan porsi makan untuk lima sekolah di dekatnya.

"Lokasi sasarannya buka di sekolah dasar, tetapi di pondok pesantren (Ponpes) dekat kami. Jadi cuma satu tempat itu. Tapi di dalam Ponpes itu ada lima jenjang sekolah," katanya.

Mengingat program tersebut membutuhkan dana yang besar, pihaknya bekerja sama dengan Yayasan Mataram Jaya Sejati untuk membantu suplai dana bahan makanan.

"Itu (Yayasan Mataram Jaya Sejati) yang mengoperasikan dan yang nomboki (untuk bayar kekurangan dana). Karena duit MBG dari pusat itu kan enggak langsung turun ke kami. Biasanya, butuh waktu dua atau atau beberapa waktu baru turun ke kemi. Sedangkan, dalam sehari tu butuh jutaan rupiah dana untuk beli sayur dan kebutuhan sejenisnya," jelasnya.

Ia mengatakan suplai bahan baku untuk menu MBG itu diambil dari produksi lokal berupa tahu dan tempe, dan bahan lainnya didatangkan dari luar Kalurahan Panggungharjo.

"Untuk sumber daya manusia kami yang terserap itu ada 18. Sisanya anak-anak pondok. Kemudian di base camp ada tiga orang yakni ahli gizi, ahli keuangan, dan ahli kesehatan. Jadi semuanya ada pembagiannya," jelasnya.

Proses dan distribusi

Adapun proses masak, kata Arief dimulai dari pukul 16.00 WIB atau sehari sebelum pendistribusian. Lalu, masak makanan mulai pukul 00.00 WIB, potong buah dan packing pukul 04.00 WIB, dan distribusi mulai pukul 07.00 WIB.

Arief melanjutkan bahwa nantinya ada bagian cleaning service dan tim cuci alat makan. Tim tersebut sudah memiliki tugas masing-masing yang bekerja mulai pukul 14.00 WIB.

"Kemudian, selama Ramadan MBG tetap jalan. Tapi, makanan tersebut adalah kering dan menu yang diberikan juga sudah ditentukan oleh pusat. Kemudian turunan bahan bahan bakunya juga ditentukan oleh pusat. Lalu, untuk proses distribusinya tidak siang. Distribusi makanannya dibuat sore. Jadi jamnya akan berubah," kata dia.

Kepala Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Kecamatan Sewon 2 Kabupaten Bantul, Andika Yuana Utama, menjelaskan bahwa makanan dalam program MBG disiapkan di Dapur Kampung Mataraman, Panggungharjo, Sewon, sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah sasaran.

“Untuk sementara, kami baru melayani lima sekolah, yaitu SDIT Baik, MI Al Muhsin, MA Ali Maksum, MTs Ali Maksum, dan SMK Al Munawir. Layanan ini berjalan setiap hari dan akan terus berkembang secara bertahap,” ujar Andika.

Terkait komposisi makanan, Andika enggan menyebut karena pihaknya  harus mendapatkan izin dari Badan Gizi Nasional (BGN) sebelum dapat menyampaikannya kepada media.

Lebih lanjut berjalannya program MBG, diharapkan asupan gizi para siswa semakin terjaga guna mendukung kesehatan dan prestasi belajar mereka.

"Untuk informasi soal komposisi makanan, saat ini belum bisa kami sampaikan. Karena kami harus izin ke BGN dulu. Kalau BGN mengizinkan, maka akan kami informasikan. Tapi, yang jelas kami harap dengan adanya program MBG ini bisa mendukung pemenuhan gizi dan mendongkrak prestasi belajar pada anak," tandasnya. (Nei)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved