Puisi

Arti dan Makna Puisi “Ketika Engkau Bersembahyang” karya Emha Ainun Najib 

Puisi ini merupakan refleksi mendalam tentang makna salat sebagai perjalanan spiritual dan hakikat kehidupan. 

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
DOK. Instagram Cak Nun
Biodata Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun 

TRIBUNJOGJA.COM - Emha Ainun Najib atau yang kerap disapa dengan panggilan Cak Nun ini merupakan seorang tokoh agama sekaligus penulis. 

Selain kerap melakukan dakwah, Cak Nun juga berkarya dan menyampaikan nasihat bertema agama melalui puisi

Puisi Cak Nun yang bertema agama berjudul “Ketika Engkau Bersembahyang” 

Puisi ini merupakan refleksi mendalam tentang makna salat sebagai perjalanan spiritual dan hakikat kehidupan. 

Berikut isi dan makna puisi “Ketika Engkau Bersembahyang”: 


Isi puisi “Ketika Engkau Bersembahyang

Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya

Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis

Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan


Arti dan makna puisi “Ketika Engkau Bersembahyang” 

Bait 1 

Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bait ini menggambarkan kekuatan takbir yang mampu menembus batas dunia fisik dan spiritual. Takbir bukan hanya ucapan, tetapi juga getaran yang menyatukan seluruh alam dalam pengagungan kepada Tuhan.


Bait 2

Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya

Bait ini menggambarkan kekuatan doa dan kepasrahan yang mampu menerangi kegelapan hati dan membuka jalan menuju Tuhan. Doa dan kepasrahan menjadi "jembatan cahaya" yang menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta.


Bait 3

Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis

Bait ini menggambarkan gerakan salat sebagai simbol perjalanan spiritual. "Alif" yang tegak melambangkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan, "lam" ruku’ melambangkan perenungan asal-usul diri, dan "mim" sujud melambangkan puncak penghambaan dan cinta kepada Tuhan.

 

Bait 4

Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Bait ini menegaskan bahwa sujud adalah inti dari kehidupan, yaitu pengakuan akan kelemahan dan ketergantungan manusia kepada Tuhan. Ilmu dan peradaban tidak mampu menjawab pertanyaan tentang asal-usul dan tujuan akhir kehidupan, tetapi sujud mampu mengantarkan jiwa kembali kepada Sang Pencipta.


Bait 5

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

Bait ini menggambarkan salat sebagai perjalanan spiritual yang intens, di mana tubuh dan jiwa dikerahkan sepenuhnya. Salat bukan hanya ritual, tetapi juga proses pemurnian diri yang mampu menyatukan kembali jiwa yang terpecah.


Bait 6

Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

Bait ini menggambarkan salat sebagai perjalanan menuju "rumah rahasia", yaitu dimensi spiritual yang tak terjangkau oleh akal dan bahasa. Salat adalah pengalaman pribadi yang mendalam dan tak terungkapkan.


Bait 7

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan

Bait ini menggambarkan buah dari salat, yaitu ketenangan jiwa, kekuatan batin, dan keluasan hati. Salat memancarkan cahaya spiritual yang tak dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita) 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved