Melihat Bengkel Kereta Kuda Langganan Keraton Ngayogyakarta yang Masih Eksis di Bantul

Wedono Rotopawiro yang memiliki nama kecil Paidi, menceritakan, ia sudah lama menggeluti usaha membenahi kereta kuda yang rusak.

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
LANGGANAN KRATON: Wedono Rotopawiro (67), warga Patalan, Jetis, Bantul, sedang memeriksa kereta kuda milik Keraton Ngayogyakarta yang rusak di depan rumahnya, Selasa (11/2/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sejumlah kereta kuda maupun kereta kencana dari Keraton Ngayogyakarta tampak berada di depan rumah Wedono Rotopawiro (67), di Kalurahan Patalan, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Selasa (11/2/2025) siang.

Wedono Rotopawiro menyampaikan, sejumlah kereta kuda dan kereta kencana itu sengaja di taruh di sana untuk dibenahi.

Lokasi tersebut memang merupakan bengkel kereta kuda pandawa lima atau Javanese Horse Carriage Workshop.

"Nah ini, juga sudah jadi salah satu bengkel kereta kuda khusus dari Keraton Ngayogyakarta," katanya di tempat usahanya. 

Wedono Rotopawiro yang memiliki nama kecil Paidi, menceritakan, ia sudah lama menggeluti usaha tersebut.

Bahkan, sejak ia duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar (SD), sudah sering membenahi kereta kuda yang rusak.

"Saya adalah generasi ketiga yang menggeluti usaha bengkel kereta kuda ini. Jadi, awalnya itu mbah saya yang punya usaha, terus sejak saya kelas empat SD, saya sudah mulai belajar untuk bisa benerin kereta kuda yang rusak," ucap dia.

Menurutnya, pekerjaan atau usaha itu sangat mudah dilakoni. Pasalnya, ia telah kerap menemukan berbagai permasalahan soal kereta kuda yang rusak.

Akan tetapi, ia menilai, apabila ada orang awam yang menggeluti usaha itu, maka akan sulit dilakukan.

"Karena, kalau orang itu tidak biasa membenahi barang seperti ini (kereta kuda) dalam kondisi lama tanpa hati-hati, ya barang itu bisa tambah rusak," jelasnya.

Apalagi, saat ini, beberapa kereta kuda milik Keraton Ngayogyakarta ada yang mengalami kerusakan berada pada bagian kayu.

Kayu kereta kuda itu dalam kondisi rapuh. Kondisi itu kerap ditemukan pada bagian sasis kereta kuda milik Keraton Ngayogyakarta

Nantinya, kereta yang rusak akan dibenahi dengan rentan waktu berbeda. Perbaikan dilakukan sesuai dengan keadaan atau kondisi kerusakan dari kereta kuda yang ada.

"Kalau rusak berat bisa tiga bulanan di perbaiki di sini. Kalau rusak ringan ya paling satu atau dua bulan. Ya tergantung keadaan kerusakan lah," paparnya.

Proses perbaikan kereta kuda milik Keraton Ngayogyakarta ia lakukan dengan bantuan sejumlah anggota keluarga atau saudaranya.

Ada sekitar tiga orang yang kerap turut serta membantu membenahi kerusakan kereta kuda tersebut.

"Nah, karena ini kereta kuda milik Keraton Ngayogyakarta, maka sebelum perbaikan itu perlu ritual. Dulu, waktu pertama kali nggarap (memperbaiki kereta kuda Keraton Ngayogyakarta yang rusak), semua tenaga kerja harus puasa seminggu," ujarnya.

Ia menceritakan, sebelum membenahi kereta kuda milik Keraton Ngayogyakarta, Wedono Rotopawiro harus datang ke Keraton Ngayogyakarta.

Tujuannya tak lain untuk melakukan beberapa ritual sebelum kereta yang rusak itu akhirnya dibawa ke rumahnya untuk dibenahi.

Ia mengaku bahwa sempat harus membuat sego gurih sebagai ritual memohon keselamatan dalam mengerjakan atau memperbaiki kereta kuda Keraton Ngayogyakarta yang rusak.

"Jadi, kayak izin dulu gitu. Kan juga enggak bisa sembarangan mindahin barang milik Keraton Ngayogyakarta," urai dia.

Saat disinggung soal harga perbaikan kereta, Wedono Rotopawiro memilih untuk tidak membeberkannya.

Harga perbaikan kereta kuda itu cukup bervariasi dan tarif yang diberikan sesuai dengan kerusakan.

"Selain perbaikan kereta kuda dari Keraton Ngayogyakarta, di sini juga menjadi tempat untuk membuat kereta kuda. Dan saat ini, sedang ada pesanan untuk membuat kereta kuda. Ada dari Malang, Sumenep, Banyumas," ujarnya.

Adapun bentuk kereta kuda yang dipesan tersebut tak jauh berbeda dari bentuk kereta kuda milik Keraton Ngayogyakarta. Durasi pembuatan satu kereta kuda baru itu bisa sekitar tiga sampai empat bulan.

"Untuk harganya, variasi ya. Tapi, pernah ada yang sampai lumayan lah," tutup Wedono Rotopawiro.(nei)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved