Penjelasan Dosen UPY soal Pentingnya Konsep Green Ergonomics untuk Manusia dan Bumi

Green Ergonomics menawarkan pendekatan holistik. Perusahaan dapat menggunakan material daur ulang, mengoptimalkan pencahayaan alami

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
pexels.com
Ilustrasi kantor 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dunia kerja terus berevolusi. Fokus perusahaan kini tidak hanya pada produktivitas, tetapi juga pada kesejahteraan pekerja dan keberlanjutan lingkungan.

Di sinilah konsep Green Ergonomics muncul sebagai solusi yang menjembatani kebutuhan manusia dan upaya pelestarian lingkungan.

Apa itu Green Ergonomics? Mengapa penting untuk diterapkan? Begini penjelasannya dari Dosen Prodi Teknik Industri UPY, Hasti Hasanati Marfuah.

Diketahui laporan BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan kasus kecelakaan kerja setiap tahun: 298.000 kasus pada 2022, meningkat menjadi 370.000 pada 2023, dan 360.000 kasus hingga Oktober 2024.

Banyak di antaranya dapat dicegah dengan desain lingkungan kerja yang ergonomis.

Tidak hanya itu, tempat kerja juga menjadi penyumbang emisi karbon melalui penggunaan energi yang boros.

“Green Ergonomics menawarkan pendekatan holistik. Perusahaan dapat menggunakan material daur ulang, mengoptimalkan pencahayaan alami, atau menciptakan tata ruang hemat energi,” kata dia kepada Tribun Jogja, Kamis (16/1/2025).

Dia menjelaskan, hal ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Penelitian menunjukkan ruang kerja yang dirancang dengan prinsip ramah lingkungan dapat meningkatkan konsentrasi hingga 15 persen.

“Coba bayangkan sebuah kantor dengan ventilasi udara baik, pencahayaan alami, dan tanaman hijau. Suasana ini mengurangi stres dan kelelahan, menghasilkan tenaga kerja yang lebih sehat dan produktif,” terang dia.

Disebutnya, contoh nyata sudah ditunjukkan Google, yang merancang kantornya dengan area hijau luas dan bahan furnitur ramah lingkungan, sehingga kepuasan kerja karyawan meningkat signifikan.

Meski demikian, Hasti tidak menampik jika konsep Green Ergonomics di Indonesia masih tergolong baru, tetapi memiliki potensi yang besar, terutama di sektor manufaktur.

“Pengaturan suhu ergonomis pada industri tekstil, misalnya, dapat mengurangi kebutuhan pendingin udara. Penggunaan mesin hemat energi juga menjadi investasi jangka panjang yang menguntungkan,” ungkapnya yang merupakan mahasiswa Rekayasa Industri Program Doktor, Universitas Islam Indonesia (UII) itu.

Implementasi Green Ergonomics membutuhkan kolaborasi, menurut Hasti.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved