BPBD Gunungkidul Lakukan Pemetaan Lokasi Rawan Bencana Hidrometrologi, Ini Hasilnya

Dari pemetaan yang dilakukan BPBD Gunungkidul, terdapat 10 kapanewon rawan bencana dari total 18 kapanewon yang ada di Kabupaten Gunungkidul

Dok. Istimewa
Kerja bakti membersihkan material di rumah warga di Kapanewon Gedangsari pascakejadian longsor, Minggu (8/12/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul melakukan pemetaan lokasi rawan bencana di wilayahnya.

Hal ini merespon Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG) yang memperkirakan potensi puncak bencana hidrometeorologi akan terjadi pada Februari 2025 mendatang. 

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul, Purwono, mengatakan dari pemetaan yang dilakukan, terdapat 10 kapanewon rawan bencana dari total 18 kapanewon yang ada di Kabupaten Gunungkidul

Adapun 10 kapanewon yang dimaksud yakni Nglipar, Panggang, Semanu, Karangmojo, Ponjong, Rongkop, Semin, Ngawen, Gedangsari dan Purwosari. 

"Sedangkan, delapan kapanewon lagi risiko bencananya termasuk kategori sedang. Meskipun begitu, tetap masyarakat kami imbau untuk waspada,"ujarnya saat dikonfirmasi pada Minggu (12/1/2025).

Dia menerangkan wilayah tersebut masuk dalam lokasi rawan bencana sebab potensi bencana hidrometeorologi yang terjadi cukup tinggi,mulai dari banjir, tanah longsor,  angin kencang, hingga puting beliung.

"Lantaran, wilayah ini memiliki faktor geografis dan kondisi tanah yang labil sehingga meningkatkan risiko bencana ketika hujan turun,"paparnya.

Baca juga: Dapur Sehat Belum Selesai, Program MBG di Gunungkidul Dicanangkan Baru Digelar Pekan Depan 

Selain melakukan pemetaan, BPBD Gunungkidul juga membangun sejumlah pos pengamanan di lokasi rawan bencana. Serta, mempersiapkan peralatan dan personel. 

"Peralatan kebencanaan pun telah disiagakan. Selain itu, kami juga menjalin kerja sama dengan unsur pemerintahan, sukarelawan, serta masyarakat melalui Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) yang akan aktif terlibat dalam penanganan bencana,"ujarnya.

Menyikapi bencana hidrometeorologi basah ini, BPBD pun mengimbau kepada masyarakat untuk  mengedepankan mitigasi bencana.

"Mitigasi bencana merupakan yang paling penting agar potensi bencana dapat diantisipasi dengan cepat dan tepat. Mulai dari memantau kondisi cuaca, menjauhi lokasi-lokasi rawan bencana, hingga kenali jalur evakuasi, dan lain sebagainya," tandasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved