Sri Sultan HB X Diskusikan Sumbu Filosofi dengan Prof Bagus Mulyadi dari University of Nottingham

Pertemuan tersebut berlangsung di ruang Gadri, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, pada Selasa (7/1/2025) kemarin.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
Dok.Istimewa
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, bersama Sekretaris Daerah (Sekda) DIY dan sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), menerima kunjungan silaturahmi dari Prof. Bagus Putra Mulyadi, seorang ahli geologi dari University of Nottingham, Inggris, Selasa (7/1/2025) kemarin. 

TRIBUNJOGJA.COM YOGYA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, bersama Sekretaris Daerah DIY dan sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), menerima kunjungan silaturahmi dari Prof Bagus Putra Mulyadi, seorang ahli geologi dari University of Nottingham, Inggris.

Pertemuan tersebut berlangsung di ruang Gadri, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, pada Selasa (7/1/2025) kemarin.

Dalam audiensi ini, dibahas secara mendalam kajian mengenai Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang juga dikenal dengan istilah sumbu imajiner, yang menjadi ciri khas dan identitas budaya daerah tersebut. 

Diskusi ini berfokus pada bagaimana konsep sumbu filosofi tidak hanya menjadi bagian dari tradisi budaya, tetapi juga memiliki landasan ilmiah yang kuat, terutama dalam konteks ilmu bumi.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menjelaskan bahwa Sumbu Filosofi Yogyakarta menjadi identitas yang menguatkan jati diri masyarakat setempat. 

Menurut Dian, penelitian-penelitian ilmiah yang semakin berkembang memperlihatkan betapa kuatnya hubungan antara aspek saintifik dan filosofis di daerah ini. 

“Sumbu filosofi bukan sekadar mitos, tapi ada dasar ilmiah yang menjelaskan hal tersebut,” ujarnya.

Baca juga: PMK Merebak di DIY, Berikut Cara Mendiagnosis, Mencegah dan Mengobati dari Praktisi Veteriner

Prof. Bagus Mulyadi mengungkapkan bahwa selama abad ke-18 hingga abad ke-20, banyak naturalis dan ilmuwan yang datang ke Yogyakarta untuk mempelajari fenomena vulkanologi, kronostatigrafi, dan antroposen. 

Menurutnya, Yogyakarta dan sekitarnya menyimpan sebuah fenomena geologis yang luar biasa, yaitu aksis yang menghubungkan Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan Laut Selatan.

Aksis ini, yang dalam mitologi Jawa dikenal sebagai Sumbu Filosofi Kosmologis, diyakini sebagai jalur tektonik yang menghubungkan aliran magma dari Laut Selatan ke Gunung Merapi.

“Fenomena ini bukan hanya mitos, tapi ada dasar ilmiah yang sangat kuat di baliknya. Sumbu filosofi ini juga sangat relevan dengan berbagai isu global, seperti mitigasi bencana alam, perubahan iklim, dan keberlanjutan lingkungan hidup,” kata Bagus.

Ia juga menambahkan bahwa banyak ilmuwan di luar negeri, khususnya di Inggris, yang sangat tertarik untuk mempelajari fenomena ini lebih dalam. 

Prof Bagus berharap, kerjasama lebih lanjut antara Yogyakarta dan institusi ilmiah global dapat terjalin, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam kerjasama antarnegara.

Pertemuan ini menjadi tonggak awal bagi hubungan yang lebih erat antara Yogyakarta dan dunia akademis internasional, dengan harapan dapat membuka jalan bagi kolaborasi riset ilmiah yang lebih mendalam terkait sejarah, geologi, dan budaya Yogyakarta. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved