Berita Pendidikan Hari Ini

INI Keunggulan Mikroprotein, Nutrisi yang Kaya Gizi Juga Ramah Lingkungan

Mikroprotein menjadi salah satu sumber nutrisi alternatif yang bisa dikonsumsi masyarakat karena bergizi tinggi dan ramah lingkungan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Istimewa
Seminar Mengenal Mikroprotein: Sumber Protein Daging Tiruan yang Bergizi dan Ramah Lingkungan yang digelar di University Club (UC) UGM, Selasa (3/12/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Mikroprotein menjadi salah satu sumber nutrisi alternatif yang bisa dikonsumsi masyarakat karena bergizi tinggi dan ramah lingkungan.

Peneliti mikroprotein, Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D yang juga Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), mikroprotein berasal dari jamur benang, berbeda dengan jamur yang biasa dikonsumsi seperti jamur tiram.

Jamur benang ini berukuran super kecil, hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Salah satu contohnya adalah jamur pada tempe.

“Bedanya, mikroprotein diolah hanya dari jamurnya, tanpa kedelai, menjadi produk menyerupai daging seperti sosis, nugget, hingga bakso,” terang Rachma di sela-sela seminar Mengenal Mikroprotein: Sumber Protein Daging Tiruan yang Bergizi dan Ramah Lingkungan yang digelar di University Club (UC) UGM, Selasa (3/12/2024).

Ia mengatakan, salah satu keunggulan mikroprotein adalah kecepatan produksi. “Dalam dua hari saja, mikroprotein sudah bisa dipanen,” kata Rachma.

Dari sisi gizi, mikroprotein memiliki asam amino esensial yang lengkap dan kandungan serat lima kali lebih tinggi dibandingkan daging, menjadikannya cocok untuk santapan individu yang sedang diet.

Selain itu, mikroprotein bisa ditumbuhkan di berbagai medium, termasuk limbah industri pangan, sehingga berpotensi lebih murah dan ramah lingkungan.

Produksi mikroprotein juga tidak membutuhkan lahan luas, cukup area 1x1 meter untuk menghasilkan protein dalam jumlah cukup.

Rachma mengungkapkan bahwa mikroprotein masih dalam tahap pengembangan di Indonesia.

“Kami masih bekerja sama dengan industri untuk memproduksinya. Harapannya nanti masyarakat dapat mengembangkannya sendiri,” jelasnya.

Meski demikian, teknologi tepat guna masih perlu waktu untuk dikembangkan agar bisa diterapkan secara luas.

Dr. Susianto, M.K.M, President of World Vegan Organization and Vegan Society of Indonesia mendukung apa yang sedang diteliti Rachma. Ia menambahkan bahwa protein nabati tidak kalah dengan protein hewani.

“Tempe, misalnya, memiliki gizi yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi, ayam, atau kambing, dengan kandungan kalsium dan zat besi yang melimpah,” paparnya.

Menurutnya, mikroprotein dapat menjadi solusi ramah lingkungan, mengingat industri peternakan menyumbang hingga 18 persen emisi gas rumah kaca global.

Seminar ini memberikan wawasan baru tentang mikroprotein sebagai sumber protein alternatif yang tidak hanya bergizi, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.

Dengan dukungan riset dan pengembangan teknologi, mikroprotein diharapkan menjadi bagian dari solusi pangan masa depan. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved