Wisuda Untidar ke-68: Anak Pekerja Migran Raih Predikat Terbaik, Lulusan Termuda Usia 20 Tahun

Ridwan Rahmanto, mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik, menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun, 10 bulan, dan 25 hari

|
Tribun Jogja/Yuwantoro Winduajie
Muhammad Ardi Amirul, mahasiswa Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, mencatat prestasi dengan IPK nyaris sempurna 3,95 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Universitas Tidar (Untidar) mewisuda 868 mahasiswa pada Sabtu (30/11/2024). 

Di antara mereka, terdapat dua sosok yang mencuri perhatian yakni Ridwan Rahmanto (20), wisudawan termuda dan Muhammad Ardi Amirul, lulusan terbaik dari keluarga Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Ridwan Rahmanto, mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik, menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun, 10 bulan, dan 25 hari. 

Mahasiswa kelahiran Karanganyar, 20 Oktober 2004 ini masuk Untidar melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Ridwan mengungkapkan bahwa saat teman-temannya mengetahui dirinya adalah mahasiswa termuda, ia sempat merasa minder. 

Tetapi dengan keyakinan dan rasa percaya diri, ia mampu menjalani perkuliahan seperti biasa.

“Teman-teman tahu (saya) paling muda, agak sedikit minder. Awalnya masuk takut, saya termuda nanti bersaingnya bagaimana, tapi dengan keyakinan dan percaya diri bisa mengikuti kuliah dengan biasa,” ujar Ridwan.

Melihat masa kuliahnya yang tergolong singkat, Ridwan juga berhasil mematahkan stigma bahwa kuliah di Fakultas Teknik cenderung membutuhkan waktu lama untuk lulus. 

"Saya ingin membantah perkataan orang-orang, 'wah apa bisa, Teknik Sipil lulus 4 tahun, minimal 5'. Di sini saya buktikan bisa dan alhamdulillah cumlaude juga," katanya.

Ridwan, lulusan SMKN 2 Surakarta jurusan Arsitek, merasa tantangan tersebut menjadi motivasi besar baginya. 

“Alhamdulillah, saya lulus 3 tahun, 10 bulan. Sebelum 4 tahun sudah bisa lulus,” tambahnya.

Sementara itu, Muhammad Ardi Amirul, mahasiswa Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, mencatat prestasi dengan IPK nyaris sempurna 3,95. 

Ia menjalani kehidupan penuh perjuangan, terutama karena ibunya harus mengais rezeki di luar negeri, sementara ayahnya meninggal saat Ardi masih balita.

Ardi menceritakan bahwa ibunya pergi bekerja ke Malaysia sebagai PMI sejak dirinya berusia 8 bulan, dan mereka baru bertemu kembali secara langsung saat Ardi berusia 10 tahun.

Namun, hingga saat ini, ia belum bertemu kembali dengan sang ibu dan hanya bisa berkomunikasi melalui telepon, bahkan di hari kelulusannya.

“Saya itu ditinggal ibu (ke Malaysia) mulai 8 bulan. Karena keperluan ekonomi dan sebagainya sehingga ibu mau tidak mau harus bekerja ke luar negeri tepatnya di Malaysia,” ungkap Ardi.

Sejak kecil, Ardi diasuh oleh neneknya, Sodiyah (71), di Demangsari, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. 

“Ibu itu baru pulang (Kebumen) pertama kali ketika saya berusia 10 tahun. Saya dari lahir belum pernah ketemu secara langsung sama ayah,” ujarnya.

Saat kuliah, Ardi mendapat beasiswa KIP-Kuliah dan aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Ia juga memiliki target tinggi untuk mempertahankan prestasi akademiknya. 

"Selain padat (kuliah) diselingi kegiatan organisasi kemahasiswaan baik himpunan, UKM Pramuka," kata Ardi.

Ke depan, Ardi berencana melanjutkan studi ke jenjang S2. 

Baca juga: 612 Pelajar di Sleman Terima Bantuan Program Indonesia Pintar 

“Rencana ingin melanjutkan di dalam negeri, kalau tidak di Pendidikan IPA UNS, Unnes, atau Unesa. Itu rekomendasi dari dosen pembimbing,” jelasnya.

Rektor Untidar, Prof Sugiyarto, menyampaikan apresiasi kepada para wisudawan, khususnya mereka yang mampu memberikan inspirasi.

“Ada beberapa wisudawan istimewa, salah satunya wisudawan terbaik yang bisa memberikan motivasi kepada masyarakat umum. Cerita dari keluarganya untuk menghidupi harus bekerja ke luar negeri dan sebagainya. Harus ada mbahnya yang punya dedikasi luar biasa tentu menjadi satu dukungan yang sangat bagus,” tuturnya.

Menurutnya, sosok seperti Ardi adalah contoh generasi muda yang memiliki etos juang luar biasa. 

"Saya rasa menjadi role model, bagaimana kita menjadi berprestasi itu jangan takut dengan segala rintangan dan keterbatasan," pungkasnya. (tro)
 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved