Diskusi Pemuda Muhammadiyah Jateng Jadi Forum Pendidikan Politik Jelang Pilkada 2024
Diskusi yang digelar oleh Angkatan Muda Muhammadiyah Kabupaten Magelang ini berlangsung hangat dan menjadi forum pendidikan politik yang baik
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG – Pemilihan umum, termasuk pemilihan kepala daerah seperti pemilihan gubernur maupun bupati, seharusnya menjadi ajang kontestasi yang mencerahkan dalam kerangka demokrasi yang sehat.
Menurut Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah, pemilihan tersebut adalah sarana demokrasi yang ideal untuk menguji gagasan, integritas dan kapasitas para calon pemimpin Jawa Tengah selama lima tahun mendatang.
Hal tersebut disampaikan dalam acara diskusi politik menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Tengah yang berlangsung di Mungkid, Magelang, pada Minggu (24/11/2024).
"Pemilihan umum, seperti pemilihan kepala daerah baik pemilihan gubernur maupun pemilihan bupati itu semestinya menjadi ruang kontestasi yang mencerahkan dalam bingkai demokrasi yang sehat," ujar Wasiun.
Ia juga menilai bahwa situasi politik di tingkat akar rumput di Jawa Tengah terlihat cukup kondusif.
Menurutnya, masyarakat tidak terpecah seperti pada pemilihan presiden periode 2014–2019, meskipun masih ditemukan beberapa kabar bohong atau hoaks yang tersebar di media sosial.
"Sepintas di Jawa Tengah nuansa politik di akar rumput cukup kondusif. Masyarakat tidak terbelah seperti pemilihan presiden tahun 2014-2019 lalu. Kendati masih terjadi satu, dua kabar bohong atau hoax yang beredar di sosial media," kata Wasiun.
Sementara itu, Retno Dwi Astuti dari Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Magelang berharap agar gubernur yang terpilih nanti memiliki program yang menyasar kelompok muda, baik dalam bidang pendidikan maupun ekonomi kreatif.
"Sayangnya para calon Gubernur ini sebagian besar orang dewasa (bukan anak muda). Semoga mereka bisa memiliki semangat anak-anak muda yang lebih suka bicara masa depan, dibanding membicarakan masa lalu," katanya.
Baca juga: Bawaslu Magelang Ingatkan KPU Tak Batasi Wilayah Kerja Pengawas TPS
Diskusi yang digelar oleh Angkatan Muda Muhammadiyah Kabupaten Magelang ini berlangsung hangat dan menjadi forum pendidikan politik yang baik, khususnya bagi anak-anak muda di Magelang dan sekitarnya.
Acara tersebut juga menghadirkan Jr Wahyu Hermawan, seorang peneliti dari The Public Sphere Institute, sebuah lembaga penelitian dari Yogyakarta. Ia menyebutkan bahwa pemilih di Jawa Tengah didominasi oleh Generasi Z dan Y (milenial) yang mencapai 52,88 persen.
"Pemilih di Jawa Tengah itu didominasi anak muda, jumlah anak-anak generasi Z saja mencapai 20,83 persen. Jumlah ini sangat signifikan. Apabila calon-calon kepala daerah, baik calon bupati/wali kota maupun gubernur, tidak bisa meyakinkan anak muda, bisa alami kekalahan," ujar Jr Wahyu.
Ia menambahkan, riset yang dilakukan The Public Sphere Institute pada Oktober 2024 menunjukkan bahwa banyak anak muda masih dalam posisi wait and see.
"Dalam riset yang kami lakukan terhadap 1.600 responden pada akhir Oktober 2024 lalu, menggunakan metode multi stage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,45 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, menyebutkan bahwa anak-anak muda masih dalam posisi wait and see untuk melihat ide dan gagasan para calon gubernur/wakil gubernur di Jawa Tengah," jelasnya.
Menurut Wahyu, salah satu temuan menarik dari riset tersebut adalah adanya pola split ticket pada pemilih Muhammadiyah dan Nahdliyin, yang cenderung memilih pasangan Ahmad Lutfi dan Taj Yasin. Sementara itu, kelompok nasionalis cenderung memilih Andika dan Hendrar.
”Sebagian split ticket warga Muhammadiyah dan ormas keagamannya lainnya menjadi pemilih Ahmad Lutfi & Taj Yasin, sedangkan kelompok nasionalis ke Andika dan Hendrar. Namun, jika ditanya prosentase dari split ticket ini, saya tidak bisa mengungkapkannya karena nanti dianggap sedang mengkampanyekan salah satu kandidat. Kami hanya bisa menyatakan bahwa kedua kandidat bersaing ketat. Masih ada sejumlah massa mengambang yang sebagian besar adalah anak-anak muda, yang akan menjadi penentu siapa pemenangnya kelak," kata Wahyu.
Menanggapi hal itu, Latif Al Ghozali dari Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Magelang menyebutkan bahwa hasil survei kemungkinan telah berubah setelah debat para calon gubernur dan wakil gubernur selesai digelar.
"Saya tidak membantah hasil riset tersebut, tetapi saya kira sudah berubah karena kami para pemilih muda sebagian sudah menentukan siapa yang akan dipilih dalam pemilukada mendatang," ujar Latif.
Di akhir diskusi, Wasiun menyampaikan harapannya agar pemilukada, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, dapat terlaksana dengan damai tanpa insiden yang mencederai iklim demokrasi. (*)
Untidar Magelang Dampingi Pengelola Jurnal Ilmiah se-Kedu Raya |
![]() |
---|
Kukuhkan Bulan Dana PMI 2025, Wali Kota Magelang Ajak Masyarakat Peduli Sesama |
![]() |
---|
Tak Gubris Peringatan Dinkes, Dokter Hewan di Magelang Nekat Buka Praktik Sekretom Ilegal |
![]() |
---|
Staf Pengajar Universitas di Yogyakarta Asal Magelang Edarkan Sekretom Ilegal |
![]() |
---|
Kontingen LTUB SMA Negeri 4 Kota Magelang Berlaga di Tingkat Nasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.