Waspada Potensi Megathrust, Ribuan Santriwati Muallimat Yogya Gelar Simulasi Gempa Bumi

Sirine tanda terjadinya gempa bumi meraung-raung di kawasan Notoprajan, Kemantren Ngampilan, Kota Yogya,

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
Santriwati Madrasah Muallimat Yogya mendapat edukasi dari Tim BPBD Kota Yogya, sebelum memulai simulasi bencana gempa bumi, Kamis (7/11/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sirine tanda terjadinya gempa bumi meraung-raung di kawasan Notoprajan, Kemantren Ngampilan, Kota Yogya, Kamis (7/11/2024) pagi.

Para santriwati Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogya sontak berhamburan keluar dari asrama.

Tampak beberapa di antaranya berupaya melindungi kepala dengan bantal ataupun guling.

Namun, kepanikan hanya berlangsung sekejap.

Sejumlah siswa yang sempat berlindung di bawah meja di dalam asrama pun segera dijemput, beberapa saat setelah tanda gempa berhenti.

Pamong asrama bersama petugas dari BPBD Kota Yogya dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) langsung mengarahkan para santriwati menuju titik kumpul.

Di titik kumpul, tim medis siap sedia dengan segala peralatannya untuk memberikan pertolongan kepada santriwati yang mengalami luka atau terkena retuntuhan material.

Itulah gambaran situasi simulasi mitigasi bencana yang melibatkan lebih kurang 1.400 santriwati, serta guru dan tenaga kependidikan Madrasah Muallimat Yogya.

Pendamping Penanggulangan Kebencanaan BPBD Kota Yogya, Ibnu Hajar, menyebut, santriwati sangat antusias mengikuti rangkaian simulasi.

Mereka menyadari, bahwa mitigasi bencana bukan sebatas tanggung jawab pemerintah, tapi juga warga masyarakat secara keseluruhan.

Baca juga: Kotagede dan Umbulharjo Rawan Terdampak Gempa Megathrust

"Simulasi semacam ini sangat penting, supaya anak-anak paham, ketika terjadi kebencanaan, baik gempa bumi, kebakaran skala besar dan lain-lain, mereka tahu harus bagaimana," katanya.

Terlebih, dalam beberapa waktu terakhir, isu soal megathrust semakin menguat dan mulai menimbulkan keresahan di benak kalangan masyarakat.

Bukan tanpa alasan, ingatan warga Yogyakarta tentunya masih begitu melekat dengan insiden gempa bumi dahsyat pada kisaran 2006 silam.

"Megathrust bukan prediksi, tapi potensi. Jadi, semua berpotensi, tapi kita tidak bisa mempredikai kapan itu terjadi. Maka, yang penting kita harus waspada dan siaga menghadapi potensi itu," ujarnya.

Sementara, Direktur Madrasah Muallimat Yogyakarta, Unik Rasyidah, mengatakan, simulasi kebencanaan secara rutin dilangsungkannya setiap tahun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved