Fapet UGM Teliti Alat Deteksi Cepat Kandungan Babi pada Makanan, Seperti Test Pack Kehamilan

Fapet Universitas Gadjah Mada (UGM) berupaya untuk mengembangkan alat yang bisa mendeteksi secara cepat kandungan babi pada produk makanan.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Hari Susmayanti
Bing
Ilustrasi Babi. (Bing) 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Daging Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) berupaya untuk mengembangkan alat yang bisa mendeteksi secara cepat kandungan babi pada produk makanan.

Itu adalah porcine detection kit atau kit pendeteksi kandungan babi yang dapat menyajikan hasil dalam hitungan menit.

"Dengan alat kit ini kita bisa melakukannya dengan cepat, sekitar 5-10 menit itu kita sudah tahu hasilnya," ujar Dosen Fapet UGM, Christina Yuni Admantin yang meneliti tentang kit tersebut kepada wartawan, Senin (14/10/2024).

Selain cepat, dia menyebut alat tersebut juga mudah digunakan masyarakat secara umum.

Christina menilai, alat tersebut seperti test pack atau alat uji kehamilan.

Jika ada kandungan babi di makanan, alat akan menunjukkan dua garis merah.

Kandungan babi bakal terkonfirmasi manakala ditemukan antigen babi atau protein spesifik babi yang terbaca melalui alat itu.

"Dia memindai suatu antibodi yang kemudian ketika di situ ada antigen babi akan berikatan. Ketika berikatan akan muncul dua warna merah. Prinsipnya sama seperti tes kehamilan yang biasa kita pakai," ujar dia.

Baca juga: Pemkab Bantul Tutup Peternakan Babi di Plumutan

Christina memastikan, ada antigen babi yang hanya ada pada babi.

Penelitian itu pun perlu dikonfirmasi dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Dari PCR itu, pengguna bisa yakin jika ada kandungan babi di dalam makanan.

“Dasarnya adalah molekuler atau DNA. Kalau DNA itu kan hampir, kesalahannya hampir nol. Itu pasti babi. Kalau di penelitian saya itu, pakai immunoassay. Jadi, antigen dan antibodi itu kan protein, itu lebih besar dari DNA,” paparnya.

Disinggung mengenai akurasi, dia mengatakan, di penelitiannya belum sampai di proses pengujian.

Namun, dari referensi yang ada, 0,5 persen kandungan babi saja bisa dideteksi oleh alat seperti ini.

“Artinya, 0,05 gram kandungan babi di makanan itu bisa terdeteksi,” terangnya.

Ia menyebut, alat tersebut masih dalam tahap penelitian dan diproyeksikan bisa diproduksi massal sehingga masyarakat dapat mengakses dengan harga yang terjangkau.

Christina berharap dengan pengembangan alat itu, kekhawatiran pengusaha dan masyarakat untuk memastikan kehalalan produk makanan bisa terawasi dengan cepat.

"Kita bisa mengembangkan dengan harga yang lebih terjangkau sehingga masyarakat lebih mudah mengakses," kata dia. (ard)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved