Mubeng Kampus Jogja
Ini Penyebab Benih Ikan Mati Mendadak Menurut Tim FKH UGM, Bukan Hanya Musim Kemarau
Terjadi kasus kematian bibit ikan dalam waktu 4 minggu ini yang terjadi secara terus menerus.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Musim kemarau panjang yang terjadi di Indonesia tidak hanya mempengaruhi sektor pertanian dan perkebunan, tetapi juga sektor perikanan.
Suhu yang meningkat menyebabkan berbagai masalah dari munculnya beberapa penyakit, kematian bibit hingga benih ikan tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Kondisi ini menjadi perhatian penuh bagi Departemen Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan.
Tim pengabdian FKH UGM dari Departemen Patologi yang terdiri dari dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa koas melaksanakan kegiatan pengabdian untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas budidaya ikan di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Mina Raya, Kaliwaru, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Selasa (8/10/2024).
Tim dosen yang hadir dalam tim pengabdian kali ini adalah drh. Sugiyono, M.Sc., drh. Mia Nur Farida, M.Sc. selaku ketua tim pengabdian, dan drh. Afif Muhammad Akrom, M.Sc. Ketua Departemen Patologi, drh. Sitarani Widyarini, M.P., Ph.D., turut hadir dalam kegiatan pengabdian tersebut.
Selaku ketua tim pengabdian, Mia Nur Farida menyampaikan perhatiannya terhadap kesehatan ikan.
Mia dan tim berdiskusi dengan pengelola dan pengurus P2MKP Mina Raya tentang kondisi bibit ikan yang tengah dibudidayakan.
Menurut Anjar, terjadi kasus kematian bibit ikan dalam waktu 4 minggu ini yang terjadi secara terus menerus. Hal ini terjadi ketika bibit ikan berupa larva dipindahkan ke waduk.
"Jumlahnya tidak banyak tetapi terjadi terus menerus, hingga kehidupan ikan tinggal 40 persen,” ujar Anjar.
Selain itu, Anjar mengaku banyak ikan yang mati di kolam dalam jangka 9 hari.
Sampai sekarang, ia mengaku belum menemukan solusi dari masalah ini. Banyak gejala ikan sakit, di antaranya mata yang menggembung, ikan yang tidak aktif, dan tidak responsif terhadap pergerakan manusia, yang kemudian berujung pada kematian ikan.
“Dahulu, tingkat kehidupan ikan bisa mencapai 80-90 persen, tetapi untuk saat ini, sulit untuk mencapai angka tersebut. Tingkat kehidupan ikan hanya mencapai 30-40 persen saja,” paparnya.
Menanggapi keluhan tersebut, drh. Sugiyono, M.Sc. menawarkan beberapa solusi, seperti mengecek sumber air dan perbaikan gizi ikan.
Apabila tingkat kematian tinggi, pengelola harus mengevaluasi air, temperatur air, kadar oksigen, kadar amonia dalam air, dan lain sebagainya.
Sugiyono menyarankan pemasangan termometer di dalam kolam agar pengelola dapat memantau temperatur air kolam setiap saat.
Lebih lanjut, Sugiyono menyarankan penggunaan paranet untuk menjaga temperatur air. "Termometer cocok untuk dipasang di kolam-kolam seperti ini," ujar Sugiyono. ( Tribunjogja.com )
Jaringan Demokrasi Indonesia DIY dan UAD Berkolaborasi Pantau dan Awasi Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Mahasiswa FIPP UNY Dapat Penghargaan dari Polresta Sleman, Kontribusi sebagai JBI |
![]() |
---|
FTSP UII Ajak Mahasiswa Bikin Prototipe Jembatan Rangka |
![]() |
---|
UII dan APHK Gelar Diskusi Akademik Susun Hukum Perikatan |
![]() |
---|
Mahasiswa Berprestasi UWM Yogyakarta Dapat Beasiswa dari Bank BPD DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.