Pelatihan Pengelolaan Sampah dan Implementasi Teknologi Tepat Guna di Pantai Wediombo dan Jungwok
Tim pengabdian masyarakat Universitas Akprind Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Ir. Sri Mulyaningsih, ST., MT., IPM, melaksanakan kegiatan pengabdian k
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Tim pengabdian masyarakat Universitas Akprind Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Ir. Sri Mulyaningsih, ST., MT., IPM, melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di kawasan Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari pada 8-9 September 2024 lalu.
Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek besar bertajuk "PEMBERDAYAAN WILAYAH PANTAI SELATAN DIY MENUJU TRANSFORMASI KOTA WISATA DENGAN AGLOMERASI EKONOMI BIRU," yang didanai oleh DRTPM Kemendikbudristek tahun anggaran 2024.
Dalam kegiatan ini, tim dari Universitas Akprind Indonesia juga menyerahkan bantuan mesin menghancur sabut kelapa kepada masyarakat.
Pemilihan kawasan Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok sebagai lokasi pengabdian masyarakat karena wilayah tersebutmenghadapi tantangan signifikan dalam pengelolaan sampah, terutama cangkang kelapa muda, botol plastik, dan sisa makanan.

Sebagai destinasi wisata, Kalurahan Jepitu berkomitmen untuk mencapai kemandirian lokal sebagai program prioritas, sambil memajukan aglomerasi ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Melihat potensi itu, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Akprind Indonesia mencoba untuk mencarikan jalan keluarnya.
Salah satunya melalui pelatihan masyarakat terkait dengan mitigasi bencana alam, pengelolaan sampah, pengembangan ekonomi biru, dan pengelolaan pariwisata berbasis konservasi dan edukasi.
Tim Pengabdian dari Universitas Akprind Indonesia melakukan diskusi mendalam dengan mitra-mitra lokal, termasuk Kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) "BERKAH" dan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) "IDAMAN," untuk menentukan langkah-langkah strategis dalam pemberdayaan wilayah ini.
Kegiatan pelatihan ini mencakup dua komponen utama yakni pengelolaan dan pengolahan sampah sabut kelapa serta penerapan teknologi tepat guna berupa mesin penghancur sabut kelapa.
Dengan pelatihan ini, masyarakat diharapkan dapat mengolah sampah sabut kelapa menjadi produk bernilai guna seperti pakan ternak sapi, pupuk kompos, dan media tanam, untuk mengurangi pencemaran, serta meningkatkan peluang ekonomi lokal.
Peserta pelatihan tidak hanya memperoleh pengetahuan praktis tentang teknik pengelolaan sampah, tetapi juga belajar cara mengoperasikan mesin penghancur sabut kelapa.
Mesin ini dirancang untuk mempermudah proses pengolahan dan meningkatkan efisiensi dalam mengelola limbah sabut kelapa, yang sering kali menumpuk di pantai-pantai wisata.
Selama kegiatan, terlihat antusiasme tinggi dari peserta yang merupakan anggota POKDARWIS IDAMAN dan masyarakat setempat. Mereka menunjukkan minat yang besar terhadap teknik baru yang diperkenalkan dan terlibat aktif dalam sesi praktik yang diadakan.
Dr. Ir. Sri Mulyaningsih yang didampingi oleh anggota tim PkM Ir. Suhartono, MT, Septian Vienastra, S.Si., M. Eng, dan Nur Rahmawati, SE., MBA berharap pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh pihaknya ini bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat.
DIY Masuk Prioritas Pembangunan Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik, Eksekusi Tunggu Pusat |
![]() |
---|
Baru Ada 300 Bank Sampah, Gunungkidul Butuh 1.430 Unit |
![]() |
---|
KAI Bandara Beri Dukungan Pendidikan Hingga Pendampingan Poktan dan Pengolahan Sampah |
![]() |
---|
Satpol PP Panggil Pemilik Sampah Ilegal yang Dibuang di Giring Gunungkidul |
![]() |
---|
Satpol PP Klaim Perilaku Buang Sampah Liar di Bantul Berkurang, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|