Mengenal NV Saridele, Cikal Bakal Perusahaan Negara Fokus Atasi Masalah Kurang Gizi Pasca Merdeka

Menjelang Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia, mari kita mengenal NV Saridele, salah satu perusahaan negara yang bergerak untuk mengatasi masalah kurang

Istimewa
Mengenal NV Saridele, Cikal Bakal Perusahaan Negara Fokus Atasi Masalah Kurang Gizi Pasca Proklamasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Menjelang Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia, mari kita mengenal NV Saridele, salah satu perusahaan negara yang bergerak untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada masa itu.

NV Saridele dibangun pada tahun 1954 atas prakarsa Indonesia dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Itu menjadi jawaban atas tantangan mengalami kelaparan dan permasalahan gizi yang dialami Indonesia pasca kemerdekaan.

Seiring perkembangannya, NV Saridele berubah nama menjadi Sarihusada yang kini dikenal luas masyarakat melalui produk SGM yang terus berinovasi menghadirkan produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. 

Sejak 1954 hingga hari ini, Sarihusada menunjukkan komitmen untuk menutrisi anak Indonesia lewat produk yang terus berinovasi dan pengembangan program yang mengedukasi. 

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Sri Margana menjelaskan bagaimana keadaan Indonesia pasca kemerdekaan dan bagaimana pemerintah mengambil langkah mengatasi masalah gizi. 

“Kondisi masyarakat Indonesia di awal kemerdekaan cukup memprihatinkan, kemiskinan dan kelaparan masih banyak ditemukan di Jawa, tidak jarang masyarakat makannya bongkol pisang, juga ketela pohon, apa saja yang bisa dimakan di masa itu. Hingga akhirnya di tahun 1950 didirikan Lembaga Makanan Rakyat untuk membantu masyarakat mengakses makanan yang sehat,” papar Sri Margana dalam keterangan resmi.

Pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan sumber daya manusia di bidang kesehatan, mulai dari mendirikan fakultas kedokteran hingga mendapat bantuan tenaga ahli.

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan tenaga ahli di bidang kesehatan, pemerintah Indonesia mulai menggagas pendirian pabrik susu pertama untuk atasi masalah nutrisi di masyarakat, terutama anak Indonesia. 

Gusti Kanjeng Ratu Hayu, putri keempat Sri Sultan Hamengkubuwono X menjelaskan bahwa di tahun 1955, Hamengkubuwono IX menyediakan lahan untuk keberadaan pabrik NV Saridele.

“Pertimbangannya adalah saat itu Yogyakarta memiliki pasokan dan kualitas kedelai yang cukup,” ujarnya.

Setelah beberapa tahun berjalan, Hamengkubuwono IX juga melihat bahwa prospek pabrik ini cukup baik, jadi tidak hanya lahan untuk pabrik, disediakan juga lahan untuk penanaman dan pembibitan kedelai.

Seiring berjalannya waktu, NV Saridele menjadi perusahaan milik negara dengan nama PN Sari Husada.

Baca juga: Refleksi Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di HUT ke-79 Kemerdekaan RI

Tahun 1992, Tigaraksa menjadi pemegang saham mayoritas. Dengan pertumbuhan bisnis yang kian meningkat, Sarihusada mulai berpikir untuk mengukuhkan posisi dalam peta persaingan global. Pada tahun 1998, Sarihusada beraliansi dengan Nutricia International, BV (Royal Numico), perusahaan spesialis produk nutrisi bayi asal Belanda.

Pada tahun 2007, Sarihusada secara resmi keluar dari bursa dan berubah menjadi perusahaan tertutup. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved