Berita Gunungkidul Hari Ini

Terkena Mercon saat Hendak Mengusir MEP, Warga Gunungkidul Kehilangan Jari Tengah

Warga Gunungkidul dilaporkan kehilangan jari tengah sebelah kiri akibat terkena petasan yang akan digunakan untuk menghalau monyet ekor panjang.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
shutterstock.com via tribunjateng
Ilustrasi petasan 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA-GUNUNGKIDUL - Konflik manusia dengan monyet ekor panjang (MEP) di wilayah  Kabupaten Gunungkidul hingga sekarang masih terus terjadi.

Bahkan, seorang warga di Padukuhan Gaduhan, Kapanewon Tanjungsari, dilaporkan kehilangan jari tengah sebelah kiri akibat terkena petasan yang akan digunakan untuk menghalau monyet ekor panjang tersebut.

Saat dikonfirmasi Sarwanto warga yang kehilangan jarinya tersebut membenarkan hal tersebut.

Dia  menceritakan kejadian nahas itu terjadi, pada Selasa (25/6/2024) lalu, di areal sawah miliknya. 

Saat itu dirinya sedang berladang di sawah namun tiba-tiba segerombolan monyet datang menghampirinya.

"Di situ saya keluarkan petasan (mercon) niatnya untuk mengusir. Karena, sudah biasa pakai mercon untuk usir monyet masuk sawah, tapi saat itu petasan meledak di tangan saya," ujar dikonfirmasi pada Jumat (12/6/2024).

Akibat ledakan tersebut, tangan kirinya langsung berlumuran darah.

Dia pun langsung dilarikan ke Puskemas namun karena kondisi luka pada  tangan cukup parah, akhirnya dirujuk ke RS Sardjito.

"Ternyata jari tengah saya tak bisa disembuhkan sehingga harus diamputasi," ucapnya. 

Sarwanto menuturkan konflik manusia dengan monyet ini sudah berlangsung sudah sejak lima tahunan.

Monyet-monyet tersebut menyerang pemukiman hingga  lahan-lahan pertanian warga.

"Akibatnya, tanaman kami banyak yang gagal panen," tuturnya.

Dirinya pun berharap konflik antara manusia dengan monyet ini bisa menemui solusinya.

"Harapannya bisa segera diatasi, agar kejadian ini tidak terulang lagi,"ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gunungkidul Hary Sukmono mengatakan, saat ini tengah menggandeng Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk melakukan kajian tentang karakter dan cara penanganan monyet ekor panjang.

"Adapun, kajian  ini akan difokuskan pada karakter koloni, perilaku, kebiasaan, pola hidup, perkembangbiakan, hingga makanannya seperti apa," tuturnya.

Dia mengatakan berdasarkan data dan laporan yang masuk ke DLH, monyet ekor panjang berkonflik dengan manusia terjadi hampir di seluruh kapenewon di wilayah ini.

Terutama, di wilayah Selatan Gunungkidul yang masih banyak populasi monyet ekor panjang tersebut. 

"Serangan monyet tersebut disebabkan karena keterbatasan sumber makanan dan air di wilayah Selatan Gunungkidul . Maka dari itu, kami coba memetakan karakteristik dari rekomendasi hasil kajian agar dapat  melakukan penanganan lebih terukur dan terarah,"pungkasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved