Fenomena Bediding Mulai Dirasakan di DIY dan Sekitarnya, Ini Penjelasan BMKG

Suhu dingin atau orang Jawa menyebutnya dengan fenomena bediding ini biasanya memang terjadi saat awal musim kemarau.

|
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Tribunjogja.com/Almurfi Syofyan
Sejumlah perajin batu bata beraktivitas di lahannya di Mranggen, Jatinom, Klaten saat fenomena bediding pada musim kemarau, Senin (31/7/2023). 

Selama musim kemarau, hujan jarang terjadi sehingga langit menjadi lebih cerah.

Menurutnya, langit cerah pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan.

Ini mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan. Dengan curah hujan yang kurang, kelembapan udara menjadi rendah.

Baca juga: Info Prakiraan Cuaca Jumat 5 Juli 2024: Jakarta, Jateng dan DIY Kembali Diguyur Hujan,

Artinya, uap air di dekat permukaan Bumi juga sedikit.

"Pada musim kemarau, udara cenderung lebih kering karena kurangnya uap air. Udara kering memiliki kapasitas panas yang lebih rendah sehingga lebih cepat kehilangan panas pada malam hari," terang Ida.

Bersamaan dengan kondisi langit yang cenderung bersih dari awan, panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepaskan ke atmosfer luar.

Akibatnya, udara di dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

Selain itu, fenomena bediding juga dipicu karena ketiadaan angin yang menghambat percampuran udara.

Akibatnya, udara dingin tetap terperangkap di dekat permukaan bumi.

Pada daerah dataran tinggi atau pegunungan, memasuki musim kemarau akan lebih dingin karena tekanan udara yang lebih rendah dan kelembapan udara yang lebih sedikit.

Wilayah yang dilanda fenomena bediding 

Fenomena bediding umum terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah yang berdekatan dengan khatulistiwa hingga bagian utara.

Pada wilayah ini, meski pagi hari cenderung lebih dingin, udara siang hari akan terasa lebih panas.

Pasalnya, ketiadaan awan dan kurangnya uap air saat musim kemarau menyebabkan radiasi langsung Matahari akan lebih banyak yang mencapai permukaan bumi.

Menurut Ida, fenomena bediding pada Juli 2024 sudah melanda daerah dataran tinggi di Indonesia, khususnya bagian selatan.

"Fenomena bediding terjadi di daerah dataran tinggi di Indonesia bagian selatan, seperti Pulau Jawa, Bali sampai Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT)," ungkap Ida. (*)

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved