Daerah Terdampak Kekeringan Kian Meluas, BPBD Gunungkidul Keluarkan Status Siaga hingga Agustus 

Penetapan status siaga darurat kekeringan di Gunungkidul menyusul semakin meluasnya daerah yang dilanda kekeringan.

Dok. Istimewa
BPBD Gunungkidul saat mendroping air ke rumah warga, Rabu (3/7/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul mengeluarkan status siaga kekeringan mulai 1 Juni-30 Agustus 2024 mendatang.

Kepala Bidang Logistik BPBD Kabupaten Gunungkidul, Sumadi, menuturkan penetapan status siaga darurat kekeringan menyusul semakin meluasnya daerah yang dilanda kekeringan.

Hingga saat ini sudah ada delapan kalurahan dari lima kapanewon yang mengajukan permintaan air bersih. Rinciannya, Kalurahan Girisuko dan Giriharjo di Kapanewon Panggang, Kalurahan Giripanggung dan Tepus di Kapanewon Tepus, serta Kalurahan Semugih di Kapanewon Rongkop.

"Kemudian, Kalurahan Jepitu, Karangwuni, dan Jerukwudel di Kapanewon Girisubo juga mengajukan bantuan,"ujarnya saat dikonfirmasi pada Rabu (3/7/2024).

Dia menambahkan, dari jumlah wilayah yang terdampak tersebut, total air yang sudah disalurkan sebanyak 114 tangki dengan kapasitas 5000 liter per- tangkinya. 

"Dan, kemungkinan permintaan air bersih ini akan terus meluas. Apalagi sejumlah telaga yang menjadi sumber air warga dilaporkan beberapa sudah mengering,"ucapnya.

Baca juga: Kronologi Kasus Pocong Numpang Mobil di Tanjakan Hargodumilah Gunungkidul

Dia menuturkan, diperkirakan puncak kemarau pada tahun ini  terjadi pada Oktober 2024 mendatang.

"Untuk stok air bersih yang disiapkan mengahadapi musim kering ini 1000 tangki, harapannya bisa mencukupi. Dan, untuk warga yang membutuhkan air bisa langsung mengajukan ke kami,"tuturnya.
 
Sementara itu, akibat dampak kekeringan ini membuat sebagian besar warga Gunungkidul terpaksa membeli air bersih.

Seperti yang terjadi di Padukuhan Karanguni, Kalurahan Karangwuni, Kapanewon Ngawen Gunungkidul.

Warga sudah menghabiskan belasan tangki air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka selama dua bulan terakhir.

Ketua RT 19 Padukuhan Karangwuni, Ayup, menuturkan selama dua bulan ini wilayah mereka sudah tidak dilanda hujan.

Sumber atau mata air bersih di wilayah mereka sudah banyak yang mengering dan tidak bisa diambil airnya. 

"Meski telaga di dekat mereka masih ada airnya, namun tidak bisa dimanfaatkan karena debitnya sangat sedikit,"ungkapnya.

Akibatnya, warga harus membeli air bersih dari pengusaha jasa air bersih di luar provinsi yaitu Pracimantoro, Jawa Tengah, karena wilayah ini paling dekat dengan desa mereka..

"Dari pengusaha air bersih tersebut, warga harus menebusnya dengan harga Rp130 ribu pertangki kapasitas 5.000 liter"ucapnya.

Wilayahnya memang menjadi salah satu lokasi yang belum terjangkau jaringan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani. 

"Gimana lagi. tetap harus saya lakukan, wong air bersih sulit didapat,"urainya. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved