Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Laris Manis! Sate Klatak Tetap Jadi Buruan Wisatawan Selama Libur Iduladha
Gelombang wisatawan dari beragam daerah yang membanjiri Yogyakarta selama libur Iduladha benar-benar menjadi berkah bagi para penjaja kuliner khas.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Gelombang wisatawan dari beragam daerah yang membanjiri Yogyakarta selama libur Iduladha benar-benar menjadi berkah bagi para penjaja kuliner khas.
Tidak terkecuali sajian sate klathak, yang ternyata mampu mengundang rasa penasaran pelancong untuk mencicipinya, meski di tengah momen kurban sekalipun.
Salah satu warung yang jadi tujuan wisatawan adalah Sate Klathak Pak Jede, yang bertempat di Nologaten, Condongcatur, Kabupaten Sleman.
Tentu saja, hal itu menjadi keunikan tersendiri, karena selama ini publik mengetahui sentra sate klathak berada di Jejeran, Wonokromo, Kabupaten Bantul.
Kepala Outlet Sate Klathak Pak Jede, Bangkit Surbekti, berujar, walau berlokasi cukup jauh dari sentranya, animo wisatawan untuk mencicipi hidangan sate klathak di warungnya tidak kalah besar.
Bahkan, ia menilai, pemilihan lokasi tersebut menjadi keunggulan tersendiri, karena berhasil menarik para pelancong yang menginap di sekitaran pusat Kota Yogyakarta.
"Karena outlet kita tidak jauh dari tengah kota, jadi mempermudah jangkauan. Wisatawan yang menginap di kota, kalau harus ke Jejeran kan jauh, takut macet, sampai sana sudah malam," ujarnya.
Ia pun mencatat, selama libur Iduladha ini, ada peningkatan jumlah pengunjung sekitar 20 persen dan menghabiskan sekitar 7 ekor kambing dalam sehari.
Otomatis, pundi-pundi omzet yang didapat pengelola pun melonjak cukup signifikan, layaknya penjaja makanan khas Yogyakarta lainnya.
"Karena kebetulan ini pas liburan sekolah juga, ya, sehingga Yogyakarta ramai wisatawan. Yang datang itu dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, terus ada bule-bule juga, karena penasaran, katanya," ujar Bangkit.
Secara spesifik, menu sate klathak yang disajikan di warung Pak Jede ini tidak berbeda jauh dibandingkan sajian serupa di sentranya, di daerah Jejeran.
Yakni, sate kambing yang dibumbui dengan bawang putih, kemiri, garam dan dibakar dengan sundukan ruji roda, lalu disajikan dengan kuah gulai yang bercita rasa gurih.
"Kita sama sekali nggak mengubah cita rasanya yang khas. Lagipula, sate klathak memang jadi favorit para pengunjung, yang paling khas," terangnya.
Adapun satu porsi sate klathak di warung Pak Jede dihargai Rp35 ribu, yang berisi dua tusuk sate ukuran besar, plus kuah gulai dan nasi putih.
Namun, selain sate klathak, beberapa menu turunan pun tersedia di sana, mulai dari tongseng, tengkleng, kronyos, kicik, hingga menu kekinian seperti sate hotplate, bahkan bakmi Jawa.
"Kita kombinasikan dengan bakmi Jawa, karena ada yang datang cuma menemani, nggak doyan kambing. Sehingga, di menu kita tambahkan bakmi Jawa dan ternyata sambutannya positif," urainya. ( Tribunjogja.com )
Dispar DIY Luncurkan Calender of Event, Sport Tourism Terus Dieksplor |
![]() |
---|
Film 1 Kakak 7 Ponakan, Drama Keluarga yang Hangat di Penutupan JAFF 2024 |
![]() |
---|
Festival Angkringan Yogyakarta 2024: Angkat Kuliner Ikonik dengan Sentuhan Modern |
![]() |
---|
Formulasi Kenaikan UMP Mestinya Disesuaikan dengan Kondisi Daerah |
![]() |
---|
Pemda DIY Ikuti Penjurian Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.