Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Ridwan Kamil: Kata Hati Balik ke Kampung Halaman

Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku banyak dorongan kepada dirinya untuk kembali maju memimpin Bumi Pasundan periode kedua

Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM/Hanif Suryo
Kang Emil angkat bicara terkait namanya yang disebut masuk dalam kandidat bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping Ganjar Pranowo . 

Terus kalau bisa saya tanya lagi kata hati, lebih kalau dipinang oleh Pak Prabowo misalnya untuk masuk di kabinet?

Pilihan yang tidak mudah, tapi saya harus kalau gini ya, dalam hidup itu kan saya selalu ambil keputusan ya dua-dua bagus nih.

Saya selalu matematis. Saya hitung plusnya, oh banyak disini. Saya hitung minusnya. Ini saya scoring ya.

Yang skornya paling tinggi artinya plusnya banyak minus dikit saya pilih. Nah yang Menteri versus Gubernur belum saya scoring.

Tapi kan tawaran Menteri ada. DKI survei lumayan. Jadi sekarang saya di kategorinya pusing banyak pilihan, dikasih pilihan tiga.

Berarti keputusannya nanti, bulan Juli ya?

Iya. Juli kita wawancara lagi.

Kang Emil, mana yang paling mempengaruhi keputusan penting selain istri dan keluarga?

Ketenangan batin. Saya, kan udah saya bilang tadi ngapain saya pindah-pindah jauh kalau ternyata batin tidak tenang. Saya itu udah ingin nyampe tidur.

Saya kan udah 10 tahun mengabdi pada masyarakat. Makanya sekarang ada break setahun ya. September berhenti, November pemilihan lagi setahun lebih kan.

Saya senang banget, saya traveling, saya bangun kopi Jabarano saya, saya punya produk lelaki skincare, macam-macam kan. Seru gitu. Kalau dulu makan tiap hari jadi komplain.

Tapi intinya itulah situasi hari ini. Saya sebagai kurator IKN jalan terus. Itu bela negara, tugas negara sangat penting.

Ngurus bisnis, mumpung lagi lowongan sambil persiapan menuju Juli, Agustus sampai nanti pemilihan. Saya orangnya multitasking. Semuanya saya urusin. Bisa lo semuanya berhasil.

Berarti nanti pas udah menjabat bisnis masih tetap jalan ya?

Yang nggak boleh itu pejabat jadi direktur. Atau komisaris itu nggak boleh. Atau mempromosikan..

Tapi kalau pejabat punya bisnis yang tidak conflict of interest itu nggak masalah. Kalau conflict of interest itu pejabat punya bisnis kontraktor pemda. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved