Berita Bisnis Terkini
Ekonom UAJY Sebut Keputusan BI Menahan BI Rate Sudah Tepat
BI memiliki alasan untuk tidak menurunkan suku bunga acuan,meski nilai tukar rupiah terhadap dolar relatif terkendali.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Setelah menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate pada April 2024 lalu, Bank Indonesia (BI) menahan BI Rate di level 6,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 21-22 Mei 2024.
Menurut Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo, keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan di level 6,25 persen sudah tepat.
Ia menyebut kenaikan suku bunga acuan dari 6,00 menjadi 6,25 persen karena dolar menguat hingga dan rupiah melemah hingga Rp16.300 per USD.
“Dan terbukti dengan kenaikan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen ini membuat kurs rupiah menguat, dan dolar melemah. Sekarang kan di angka Rp16.000 naik turun sedikit.Artinya nilai tukar rupiah terhadap dolar relatif terkendali. Jadi dalam tiga minggu terkahir ini, saya kira tidak ada alasan bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan,” katanya, Kamis (23/05/2024).
Ia melanjutkan BI memiliki alasan untuk tidak menurunkan suku bunga acuan,meski nilai tukar rupiah terhadap dolar relatif terkendali.
Susilo menilai ini bagian dari strategi jangka menengah dan jangka panjang.
Menurutnya, BI masih menunggu perkembangan ke depan.
Apalagi suku bunga acuan bukan satu-satunya instrumen di pasar uang.
“BI masih melakukan operasi pasar, melepas rupiah untuk membeli dolar. Inflasi dari data yang ada relatif terkendali, tidak terjadi polaritas yang luar biasa. Ini jadi alasan kenapa saya dukung BI tidak mengubah suku bunga acuan atau BI Rate,” lanjutnya.
Meski begitu, ada kemungkinan BI akan menurunkan suku bunga acuan. Hal itu mungkin dilakukan jika kurs rupiah sekitar Rp15.000 sampai Rp15.500.
“Rupiah kan sebelumnya bergerak di angka Rp15.000an, angka psikologisnya di situ (Rp15.000-Rp15.500). Saya kira kalau nanti pertimbangannya suku bunga acuan, meskipun bukan satu-satunya acuan, berani lah diturunkan lagi,” terangnya.
“Tapi ingat, ada faktor lain yang lebih kuat, yaitu suku bunga The Fed yang belum diturunkan. Ini juga daya tarik, kenapa investor itu sebagian melepas rupiah, dan investasi dalam bentuk dolar, sehingga rupiah melemah. Itu salah satu faktor eksternal,” imbuhnya. ( Tribunjogja.com )
Jelang Natal, Perajin Patung Rohani di Bantul Banjir Pesanan |
![]() |
---|
KAI Daop 6 Yogyakarta Siap Dukung Program Angkutan Motor Gratis Periode Natal 2024 |
![]() |
---|
Transaksi Pembayaran Jadi Katalisator Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan |
![]() |
---|
Sambut Libur Akhir Tahun, YIA Kulon Progo Akan Turunkan Tarif PJP2U dan PJ4U hingga 50 Persen |
![]() |
---|
Truk Mogok di Perlintasan Kereta Wilayah Purwokerto, Sejumlah KA Alami Kelambatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.