Berita Gunungkidul Hari Ini

Tradisi Bersih Desa di Baleharjo Gunungkidul, Ungkapan Rasa Syukur kepada Sang Pencipta

Masyarakat Desa Baleharjo, Kabupaten Gunungkidul masih memegang teguh warisan budaya leluhur. Salah satunya, tradisi budaya yang masih rutin dijalanka

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Rangkaian upacara tradisi Bersih Desa di Baleharjo, Gunungkidul, pada Senin (13/5/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Masyarakat Desa Baleharjo, Kabupaten Gunungkidul masih memegang teguh warisan budaya leluhur. Salah satunya, tradisi budaya yang masih rutin dijalankan setiap tahunnya yakni 'Bersih Desa atau Rasulan.

Lurah Baleharjo Agus Sulistyo mengatakan pelaksanaan Bersih Desa dilaksanakan setiap Senin Kliwon (tanggalan jawa).

Tradisi Bersih Desa merupakan rangkaian upacara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah dan rahmat yang terlah diberikan.

"Tradisi itu diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur sekaligus untuk merti atau bersih desa mengharap keselamatan dan menolak marabahaya,"ucapnya, pada Senin (13/5/2024).

Baca juga: Tidak Ada Calon Perseorangan Pada Pilkada Sleman 2024

Agus mengatakan, tradisi Bersih Desa pada tahun ini mengambil tema Baleharjo Ayem Tentrem. Tema ini diambil sebagai harapan dan doa untuk kehidupan masyarakat setempat.

"Kegiatan ini salah satu acara yang dinantikan masyarakat. Sebab, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa," terangnya.

Dia menerangkan, tradisi Bersih Desa tahun ini disemarakkan dengan kirab budaya dengan menampilkan kesenian tradisional asli Desa Baleharjo.

"Sebanyak 4 padukuhan mengikuti kegiatan ini yakni Wukirsari, Mulyosari, Rejosari dan Purwosari. Mereka menampilkan terdiri  dan budaya masing-masing yang dibuat dalam kirab budaya,"paparnya.

Sementara itu, Bupati Gunungkidul Sunaryanta turut mengapresiasi tinggi kepada Pemdes Baleharjo yang tetap konsisten menggelar berbagai tradisi budaya meski berada di tengah kota.

"Bersih desa atau rasul menjadi ajang berkumpulnya masyarakat. Rasulan diharapkan menjadi momentum menjaga kebersamaan dan upaya merawat bangsa dan negara serta Gunungkidul. Rasulan menjadi ajang bertemunya masyarakat dengan para pejabat, masyarakat dengan warga lainya dalam nuansa kebersamaan dan gotong royong," ungkapnya.

Dalam kesempatan ini Sunaryanta berharap kegiatan tradisi ini terus dilaksanakan setiap tahunnya.

Tradisi atau budaya yang tetap dilestarikan ditengah masyarakat yang heterogen akan mempu menjadi perekat perbedaan yang ada.

"Dari masyarakat kota seperti ini biasanya pengaruh budaya akan muncul dengan tradisi budaya semua dapat melebur menjadi satu," paparnya. (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved