Yamaha Scorpio Jadi Lebih Garang Sekaligus Klasik dengan British Style
Tampilan klasik masih menjadi andalan custom motor di Indonesia bahkan di dunia.
Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tampilan klasik masih menjadi andalan custom motor di Indonesia bahkan di dunia.
Mulai dari gaya Amerika seperti chopper dan bobber, Jepang dengan bratstyle dan japstyle, kemudian gaya British yang punya turunan cafe racer, scrambler dan tracker.
Pembahasan kali ini adalah perubahan Yamaha Scorpio SX225 ke gaya British yang digarap Wibowo Adi Utama dari Artnarchy Custom Garage.
Pria yang akrab disapa Bowo ini menceritakan bahwa awalnya motor ini adalah motor kontes dengan gaya cafe racer yang khas dengan merunduk.
“Karena awalnya motor ini untuk kepentingan kontes, dipakai jadi tidak nyaman. Akhirnya diubah jadi British biar bisa dipakai harian,” ujarnya Sabtu (2/3/2024).
Meski motor harian, ia tetap menggunakan wheel set yang arogan, seperti ban firestone ring 18, tromol depan menggunakan conical triumph sementara di belakang menggunakan custom dengan tetap berukuran besar.
Agar kesan klasiknya makin kental, shock depan yang masih menggunakan scorpio berukuran medium kemudian ditambah cover agar terlihat kekar.
Baca juga: Bersua di Jogja Hadirkan Pengalaman Nonton Konser Musik Sambil Piknik
Segitiga juga diperlebar, dengan penambahan raiser dogbone agar stang makin tinggi kas British. Alhasil posisi berkendara pun akan nyaman, tak lagi merunduk seperti cafe racer.
Di bagian rangka, di sisi belakang yang semula ceper ia buang dan dibuat lebih tinggi.
Urusan tangki dibuat ala triumph namun dengan dimensi agak kecil karena menyesuaikan mesin. Arm bawaan untuk monoshock pun dibuat custom dengan tipe pipa.
“Spakbor juga dibuat gaya klasik, hampir setengah lingkaran dengan finishing crome agar imbang dengan tampilan wheel set yang elegan,” imbuhnya.
Di bagian mesin, agar makin garang, maka head silinder dibuat dua knalpot. Knalpot pakai silencer dengan model terompet klasik, yang banyak digunakan gaya British.
“Secara performa tidak berpengaruh meski jadi dua knalpot, cuma memang agak boros saja,” bebernya.
Meski tampilan klasik, Bowo juga tetap memasukan unsur modern di kelistrikannya, apalagi motor ini akan dipakai harian, misalnya dengan memasang speedometer digital.
Lampu pun kekinian dengan daymaker. Lampu sein dan stoplamp juga menggunakan led.
Lebih lanjut dijelaskan, bagi pecinta custom motor, gonta-ganti gaya motor adalah hal yang biasa dan memang memungkinkan.
Seperti cafe racer ke British atau cafe racer ke chopper. Bahkan ada gaya yang hampir mirip. Misalnya British dengan Brat ala jepang.
“British dan bratstyle secara frame hampir sama. Tetapi ada beberapa perbedaan seperti di British joknya lebih tebal, spakbor yang penuh, lalu ada tambahan behel di spakbor juga berpengaruh gaya ala British,” katanya.
Secara feeling berkendara, ia menilai bahwa motor dengan gaya ini akan nyaman untuk dikendarai.
“Buat santai atau buat kencang juga asik. Tapi sayang kalau dipakai kencang, kasihan orang-orang nggak bisa lihat. Kan kita bikin motor buat dilihat keindahannya, jadi buat ngebut itu rugi,” selorohnya.(nto)
Ezra dan Scrambler-nya: Ketika Gairah Otomotif Tak Terbatas Pendengaran |
![]() |
---|
Gelar HMC 2025, AHM Gali Bakat Ribuan Modifikator Tanah Air |
![]() |
---|
Fazzio Hybrid Bergaya Motor Bebek Legendaris Yamaha F1ZR Bikin Nostalgia Dengan Aura Balap 90’an |
![]() |
---|
Restorasi Honda TL 125: Menjaga Orisinalitas Motor Trail Legendaris |
![]() |
---|
Finishing Perkuat Konsep Motor Kustom: Kiprah Fanny Fast dari Bantul dalam Dunia Cat Kustom |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.