Puisi Hartojo Andangdjaja

Puisi Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran Hartojo Andangdjaja: Kalau mereka menang, sayang Merah

Puisi Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran Hartojo Andangdjaja: Kalau mereka menang, sayang Merah

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
Dok Pemkot Yogyakarta
Para peserta Festival Sastra Yogya 2023 menjukkan kebolehan dalam membacakan puisi, di kawasan Kotabaru, Kota Yogyakarta. 

Puisi Kalau Suatu Zaman Berkuasa Para Tiran Hartojo Andangdjaja


Kalau mereka menang, sayang
Merah putih akan diturunkan dari tiang
dan bendera merah dikibarkan
dan kebangsaan jadi barang hinaan

Dan lagu yang pertama pertama bukan lagi Indonesia Raya
lagu yang pertama, sayang, ah mereka sudah punya
dan kota yang pertama bukan lagi Jakarta
kota yang pertama, sayang, ah jauh di utara

Kalau mereka menang, tak ada lagi mesjid dan gereja, sayang
di mana kita bisa bertenang dalam doa dan sembahyang
dan di langit tidak lagi akan mengawang
suara azan, dan bunyi lonceng yang berkeleneng panjang

Karena doa dan sembahyang ialah kerinduan
karena doa dan sembahyang ialah sendu yang rawan
Dan mereka, sayang, tak pernah punya kerinduan
dan mereka, sayang, tak pernah rasakan sendu yang rawan

Kita pun tak punya lagi puisi yang indah
atau musik sahdu yang mengalun lewat radio di rumah-rumah
karena puisi mereka tukar dengan slogan-slogan yang disajakkan
dan musik mereka tukar dengan semboyan-semboyan yang dilagukan

dan tari yang dipertunjukkan, dan lukisan yang dipamerkan
adalah juga slogan dalam bentuk lain dituangkan
dan film yang diputar bukan lagi film tentang beragam kehidupan
dan film yang diputar, ah kau pun tahu, sayang, dari mana didatangkan

kalau mereka menang, hanya orang-orang atasan diutamakan
dalam mobil-mobil mewah mereka lewat di jalanan
sementara kita berderet dalam antri menunggu beras dibagikan
pada suatu siang dengan hati lesu dan kupon di tangan

Kalau mereka menang, bahkan anak-anak pun akan kehilangan kebebasan
di malam terang mereka tak boleh lagi berdendang: bulan... bulan...
karena bulan membangkitkan keharuan yang dikutuk diharamkan
dan demikianlah, sayang, anak-anak manis kehilangan bulan

dan di kamp-kamp tawanan di mana akhirnya kita pun dipadatkan
di sana kekejaman jadi pesta kebanggaan
dan kemenangan mereka rayakan dalam gelak
dan kemanusiaan, sayang, sudah lama terdepak

sementara di luar matahari pun bersinar pudar
kehidupan kehilangan warnanya yang segar
kehidupan tak punya lagi keragaman
dalam suatu zaman di mana berkuasa para tiran

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved