Puisi Mustafa Ismail
Puisi Memo Sigli 2 Mustafa Ismail: Apakah perlu kutuliskan semuanya keterharuan membaca bibir langit
Puisi Memo Sigli 2 Mustafa Ismail: Apakah perlu kutuliskan semuanya keterharuan membaca bibir langit
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
Puisi Memo Sigli 2 Mustafa Ismail
Apakah perlu kutuliskan semuanya
keterharuan membaca bibir langit mengucap sejumlah luka
air mataku tampaknya tidak pernah cukup untuk
menina-bobokanmu dalam jaman ini
apalagi mengajakmu lari dari kenyataan yang sakit
hari-hari tetap saja kegelapan
hari-hari tetap juga kebahagiaan orang lain
Kita belajar menulis dan membaca
adalah untuk memahami makna dari segala keperihan
tanpa sempat menukilkan kisah senyum sebuah musim pun
dalam agenda yang tiap hari kita bawa
kecuali jam kerja dan kesibukan yang kita tulis
dengan pesona air mata
dengan sekian kesabaran yang kita eja
Ketika kau bercerita bahwa langit adalah kekeringan
aku telah duluan paham akan panasnya perjalanan
tiap jam harus kita tempuh
sementara hujan tak lain sebuah impian yang kerap
berakhir dengan kekosongan
maka doa-doa menjadi penghibur abadi episode ini
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.