Puisi Mustafa Ismail

Puisi Sejarah dari Ruang Kusut Mustafa Ismail: Kau memandang lurus, menyimak dengan tekun

Puisi Sejarah dari Ruang Kusut Mustafa Ismail: Kau memandang lurus, menyimak dengan tekun

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan
Dok Pemkot Yogyakarta
Para peserta Festival Sastra Yogya 2023 menjukkan kebolehan dalam membacakan puisi, di kawasan Kotabaru, Kota Yogyakarta. 

Puisi Sejarah dari Ruang Kusut Mustafa Ismail
(Kepada Raihan, seorang srikandi yang belum kukenal)


Kau memandang lurus, menyimak dengan tekun

sandiwara itu: seorang lelaki dengan palu di tangan merobohkan

waktu, juga kenangan, seperti melepas hasrat yang purba

nafas memburu, ia daki bukit-bukit itu, yang terjal dan berduri

sekedar membuktikan ia telah menjadi pencinta dan

kau pun disebut pendurhaka

Apakah yang kau bayangkan ketika waktu benar-benar rontok

dan palu itu dengan gagah bercerita: hari ini, ibunda,

telah kutumbangkan beberapa pohon untuk menopang rumah kita

yang rapuh. Katakanlah apalagi yang mesti kulakukan demi cintaku

padamu. Apakah aku harus menyediakan pula air mata

untuk minum kita. Katakan ibunda, katakan, sebelum

mereka benar-benar

menghujankan batu-batu ke rumah kita

Mungkin kau hanya tersenyum, getir campur iba, betapa

ketololan demi ketololan tersimpan bertahun-tahun, dirawat

dan dipuja-puja: perempuan itu tidak pernah mengenal kita

dan tidak akan memberi cinta, kecuali kata-kata dan selembar tisue

untuk menghapus air mata. Dan lelaki itu telah menganggapnya

semua itu adalah cinta: ruang kusut yang menjelma gedung-gedung

tinggi, siap menelannya

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved