Pengetahuan Sejarah

Sejarah SMA Kelas 12 Program IPA : Proses Revolusi Hijau dalam Meningkatkan Produksi Pertanian

Revolusi hijau sering dikenal dengan revolusi agraria yaitu suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk men

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
kompas.com
Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto mengangkat seikat tanaman padi saat menghadiri panen raya di lokasi transmigrasi Tanah Miring III, Kab. Manokwari, Irian Jaya, Sabtu (7/5/1994). Presiden dan Ibu melakukan kunjungan kerja di propinsi paling timur itu selama dua hari (6-7 Mei 1994).(Dok Antara) 

TRIBUNJOGJA.COM - Revolusi hijau sering dikenal dengan revolusi agraria yaitu suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Definisi lain menyebutkan revolusi hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung yang membawa dampak tingginya hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara penelitian dan eksperimen bibit unggul.

 

Latar Belakang Munculnya Revolusi Hijau

Adapun latar belakang munculnya revolusi hijau adalah sebagai berikut,

  1. Hancurnya lahan pertanian akibat PD I dan PD II.
  2. Pertambahan penduduk meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat.
  3. Adanya lahan tidur.
  4. Upaya peningkatan produksi pangan.

 

Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas Robert Malthus (1766 – 1834) yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang dihadapi manusia yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan produksi pertanian. Pertumbuhan penduduk sangat cepat dihitung dengan deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, dst.) sedangkan peningkatan produksi pertanian dihitung dengan deret hitung (1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dst.)”.

Pengaruh tulisan Robert Malthus tersebut, yaitu:

  1. gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan cara pengontrolan jumlah kelahiran;
  2. gerakan usaha mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian.

 

Perkembangan Revolusi Hijau

Revolusi hijau dimulai sejak berakhirnya PD I yang berakibat hancurnya lahan pertanian. Penelitian disponsori oleh Ford and Rockefeller Foundation di Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan. IMWIC (International Maize and Wheat Improvement Centre) merupakan pusat penelitian di Meksiko. Sedangkan di Filipina, IRRI (International Rice Research Institute) berhasil mengembangkan bibit padi baru yang produktif yang disebut padi ajaib atau padi IR-8.

Pada tahun 1970, Norman Borlang mendapatkan hadiah nobel karena gagasannya mencetuskan revolusi hijau dengan mencari jenis tanaman biji-bijian yang bentuknya cocok untuk mengubah energi surya menjadi karbohidrat pada tanah yang diolah menjadi subur dengan tanaman yang tahan terhadap hama penyakit. Upaya meningkatkan produktivitas pertanian antara lain dengan cara sebagai berikut,

  1. Pembukaan areal pertanian dengan pengolahan tanah.
  2. Mekanisme pertanian dengan penggunaan alat-alat pertanian modern seperti bajak dan mesin penggiling.
  3. Penggunaan pupuk-pupuk baru.
  4. Penggunaan metode yang tepat untuk memberantas hama, misalnya dengan alat penyemprot hama, penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida.

 

Perkembangan Revolusi Hijau juga berpengaruh terhadap Indonesia. Upaya peningkatan produktivitas pertanian Indonesia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut,

a. Intensifikasi Pertanian

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved