Pengetahuan Sejarah

Sejarah Kelas 11 : Proses Interaksi Masyarakat dengan Tradisi Hindu-Budha

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antar

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Hari Susmayanti
Dok. Istimewa
Puluhan umat Buddha yang tergabung dalam Dewan Pengurus Daerah Perwakilan Umat Buddha Indonesia (DPD Walubi) DKI Jakarta melakukan doa untuk perdamaian Palestina di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang pada Jumat (17/11/2023) 

TRIBUNJOGJA.COM - Masuknya suatu kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu masyarakat dapat menimbulkan tiga kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan berakulturasi, berjauhan, atau salah satu hancur.

Akulturasi kebudayaan adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang melakukan kebudayaan baru.

Akulturasi budaya Hindu-Buddha India dengan budaya asli Nusantara secara damai melahirkan budaya baru yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara.

Menghadapi proses akulturasi tersebut, menurut para ahli, bangsa Indonesia bersikap pasif maupun aktif.

Berikut beberapa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di berbagai bidang, dikutip dari buku paket cakrawala sejarah untuk SMA kelas 11.

1.  Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha terhadap seni bangunan

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi.

Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha.

Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.

Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah dikuburkan dalam candi.

Benda yang dikuburkan atau dicandikan adalah macam-macam benda yang disebut pripih.

Pripih ini dianggap sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya.

Pripih ini diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung dewa sebagai perwujudan sang raja.

Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Syiwa atau lambang Syiwa, yaitu lingga.

Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih danarca perwujudan raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.

2. Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha terhadap seni rupa

Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukir dan seni patung.

Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa.

Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan).

Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.

Beberapa candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan.

Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi).

Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi.

Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.

3. Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha terhadap seni sastra

Akulturasi di bidang sastra dapat dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita asli India dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang seolah-olah terjadi di Indonesia.

Contohnya adalah penambahan tokoh punakawan (Semar, Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata.

Bahkan, dalam literatur-literatur keagamaan Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan cerita asli seperti yang ada di negeri asalnya.

Pengaruh kebudayaan India yang dipertahankan dalam kesusastraan adalah gagasan, konsep, dan pandangan-pandangannya.

4. Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha terhadap sistem pemerintahan

Salah satu contoh nyata pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah perubahan sistem pemerintahan.

Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, struktur sosial asli masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares.

Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini berubah menjadi kerajaan.

Kepemimpinan lalu diturunkan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya kemudian membentuk kalangan yang disebut bangsawan.

5.  Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha terhadap sistem kepercayaan

Pada saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme.

Akibat adanya proses akulturasi, agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli.

Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah.

Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif).

Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.

(MG An-Nafi)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved