Niat dan Doa Umrah
Hal-hal yang Dilakukan saat Sa’I dan Kekeliruan yang Sering Terjadi
Sa’i merupakan lari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa dan sebaliknya. Berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan saat sa’i
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM – Sa’i adalah salah satu rukun umrah yang wajib dilakukan oleh jamaah umrah. Apabila jamaah umrah tidak melakukan sa’i, maka ibadah umrah yang dilakukan menjadi batal dan tidak sah.
Sa’I merupakan lari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa dan sebaliknya. Lari-lari kecil/jalan ini dilakukan sebanyak tujuh kali.
Sa’I dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa dengan perhitungan masing-masing perjalanan, baik dari bukit Shafa ke bukit Marwa ataupun sebaliknya dihitung sebagai satu kali sa’i.
Berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan ketika sa’i dilansir dari Panduan Praktis Manasik Umroh Dewangga.
1. Ketika mendekati bukit Shafa, jamaah membaca:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ
Innas sofaa wal marwata min sya’aairillah
atau
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
Innas sofaa wal marwata min sya’aairillah. Faman hajjal bita awi’tamara fala junaaha ‘alaihi ayyattawwafa bihima waman tatawwa’a khairan fainnallaha syaakirun ‘aliim.
Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 158)
Setelah itu dilanjutkan dengan membaca:
أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللهُ بِهِ وَرَسُولِهِ
Abdau bimaa bada Allaahu bihi warasuuluh
Artinya: “Aku mulai dengan apa yang telah dimulai oleh Allah dan Rasul-Nya.” (Sahih HR. Musim no.1218)
Ucapan ini hanya dibaca satu kali ketika hendak memulai sa’i dan tidak perlu dibaca lagi ketika menaiki bukit Marwa maupun bukit Shafa di putaran setelahnya.
2. Jamaah menaiki bukit Shafa, menghadap ke arah Ka’bah, dan mengangkat tangan dengan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illalahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘ala kulli syai inqadir. Laa ilaaha illallahu wahdahu, anjaza wa’dahu wanasara ‘abdahu wahazamal ahzaaba wahdah
Artinya: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian.”
3. Ketika sampai di kawasan lampu hijau yang terletak di antara bukit Shafa dan bukit Marwa, jamaah laki-laki disunahkan untuk berlari-lari kecil. Di sepanjang kawasan lampu hijau ini, jamaah membaca:
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ
Rabbighfir warham wa’fu watakarram watajaawaz ‘ammaa ta’lamu, innaka ta’lamu, maalaa na’lamu, innaka antallahul a’azzul akram.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosa kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah.”
4. Ketika menaiki bukit Marwa, jamaah melakukan hal yang sama seperti saat berada di bukit Shafa. Jamaah menaiki bukit Marwa, menghadap ke arah Ka’bah, dan mengangkat tangan dengan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illalahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘ala kulli syai inqadir. Laa ilaaha illallahu wahdahu, anjaza wa’dahu wanasara ‘abdahu wahazamal ahzaaba wahdah
Artinya: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian.”
5. Setelahnya, selama perjalanan sa’i dari bukit Shafa ke Marwa, jamaah disunahkan untuk membaca doa apa saja yang diinginkan.
Doa yang dibaca dapat ditujukan untuk urusan akhirat maupun dunia. Doa yang diucapkan boleh menggunakan bahasa Arab seperti doa-doa yang telah diajarkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ataupun menggunakan bahasa Indonesia.
6. Setelah selesai melakukan tujuh putaran sa’i yang berakhir di bukit Marwa, jamaah umrah perlu mengakhiri sa’i dengan tahallul atau memotong rambut.
7. Setelah tahallul, maka ibadah umrah telah selesai dilakukan.
Kekeliruan yang Sering Terjadi
Berikut ini beberapa kekeliruan ketika sa’i dilansir dari Panduan Praktis Manasik Umroh Dewangga.
1. Sampai di bukit Shafa dan Marwa mengangkat tangan seperti ketika salat, kemudian turun dari bukit.
Hal ini kurang tepat untuk dilakukan. Hal yang benar adalah menghadap kiblat, mengangkat tangan seperti berdoa, membaca tahmid, berdoa dengan doa bebas atau doa yang diinginkan, serta bertakbir.
2. Berlari-lari kecil tanpa henti sepanjang Shafa dan Marwa.
Lari-lari kecil hanya disunahkan untuk dilakukan di antara dua tanda hijau atau di kawasan lampu hijau. Selebihnya jamaah dapat berjalan seperti biasa saja.
Demikian hal-hal yang perlu dilakukan saat sa’i dan kekeliruan yang sering terjadi. Semoga kita dimampukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk melaksanakan ibadah umrah dan ibadah umrah yang kita lakukan dipermudah oleh Allah.
(MG Meisya Primajesta Ismujati)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.