Hadis Harian

Hadits Arbain Ke 13 : Hikmah Mencintai Sesama

Peringatan dari sikap hasad (iri, dengki), karena orang yang hasad tidak mencintai untuk saudaranya se

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
PEXELS/Rocketmann Team
Ilustrasi mencintai sesama 

TRIBUNJOGJA.COM - Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, dimana dia membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantunya dalam kehidupan ini.

Namun semakin hari zaman semakin modern manusia mulai kehilangan sikap sosialnya. Semakin majunya zaman, manusia kini cenderung memiliki sikap individualisme tinggi dimana mindset yang dimilikinya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sebagai seorang muslim, tentunya ini berlawanan dengan esensi ajaran Rasulullah untuk saling membantu. Seorang muslim diajarkan oleh Rasulullah untuk solid dengan saudara seimannya dalam rasa cinta kasih.

Hal ini dijelaskan dalam hadits arbain ke 13 yang berisi,

عَنْ أَبِيْ حَمْزَة أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ) رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ

 

Dari Abu Hamzah –Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu– pembantu Rasulullah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ”Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman (dengan keimanan yang sempurna) sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Secara umum, hadits ini menjelaskan bahwa di antara kesempurnaan iman adalah ketika orang beriman mencintai saudara (seiman) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Artinya, orang beriman itu cinta, peduli dan perhatian kepada saudaranya.

Pelajaran Hadits

1. Ulama besar Ibnu Daqiq Al-Id dalam buku syarah Arba’in (2003: 64) menyebutkan, salah satu pelajaran penting dari hadits ini: “Mukmin yang satu dengan yang lain seperti satu jiwa atau tubuh. Maka masing-masing harus mencintai yang lain sebagaiman ia mencintai diri sendiri karena satu sama lain tidak terpisah.”

2. Dalam redaksi hadits tersebut dijelaskan bahwa jika seseorang ingin dikatakan beriman dengan iman yang sempurna, maka dia harus mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jika dia tidak mau tubuhnya terluka, maka dia tidak boleh membuat saudaranya (sesama manusia) juga terluka tubuhnya. Jika dia tidak ingin dirinya terjebak dalam kesesatan, maka dia juga harus menjaga saudaranya dari kesesatan, misal dengan selalu mengingatkan pada kebaikan dan lain sebagainya.

3. Peringatan dari sikap hasad (iri, dengki), karena orang yang hasad tidak mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya; bahkan ia mengharapkan agar nikmat Allah hilang dari saudaranya se-islam.

Dikutip dari almanhaj.or.id Para ulama berselisih dalam tafsir hasad. Sebagian mendefinisikan hasad, adalah mengharap hilangnya nikmat dari orang lain.

Sebagian ulama yang lain menyatakan, hasad adalah rasa tidak suka terhadap nikmat Allah atas orang lain.

Inilah yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan,“Jika seorang hamba membenci nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, berarti ia telah hasad kepadanya, walaupun ia tidak mengharapkan hilangnya nikmat tersebut.”

4. Iman dapat bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

(MG An-Nafi)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved