Berita Jogja Hari Ini
Inflasi DIY Naik 0,25 Persen, Dipengaruhi 'Pedasnya' Harga Cabai
Asisten Direktur/Kepala Tim Perumusan Ekonomi Kantor Perwakilan BI DIY Arya Jodilistyo menyebutkan berdasarkan rilis BPS, hingga November 2023
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Asisten Direktur/Kepala Tim Perumusan Ekonomi Kantor Perwakilan BI DIY Arya Jodilistyo menyebutkan berdasarkan rilis BPS, hingga November 2023 inflasi DIY masih dalam rentang target inflasi nasional, meskipun ada kecenderungan kenaikkan.
Dilaporkan, inflasi DIY pada November 2023 sebesar 0,35 persen (mtm), meningkat dari Oktober 2023 yang sebesar 0,25 persen (mtm). Secara kumulatif Januari hingga November 2023, inflasi DIY sebesar 2,80 persen (ytd), sementara pertumbuhan tahunannya meningkat menjadi 3,48 persen (yoy).
"Sebenarnya pasokan (bahan pokok) sudah aman, cuma memang siklus musiman inilah yang bergerak sehingga menyebabkan inflasi itu relatif mengalami kenaikan. Siklus dari inflasi di DIY ini itu tidak terlepas dari kondisi-kondisi seperti yang pertama adalah HKBN, baik itu puasa, Idulfitri dan juga Natal dan tahun baru itu akan cenderung membuat tekanan inflasi kita mengalami kenaikan," terang Arya Jodilistyo.
Baca juga: 15 Tahun Taman Pintar, Menjawab Tantangan Pasca Pandemi dengan Inovasi
"Selain itu juga ada libur anak sekolah yang juga membuat tekanan-tekanan inflasi mengalami kenaikan di DIY. Namun demikian di sisi lain, kita punya faktor yang bisa mengerem kenaikan inflasi tersebut. Dari sisi apa? yakni dari sisi pasokan panen baik itu padi maupun hortikultura yang membuat tekanan inflasi menjadi lebih terkendali," tambahnya.
Hasil Survei Pemantauan Harga di Minggu I Desember 2023 menunjukkan tekanan inflasi Desember diperkirakan masih akan berlanjut, terutama didorong oleh kenaikan harga cabai merah 30,77 persen (mtm), emas perhiasan naik 4,33 persen (mtm), dan gula pasir naik 4,77 persen (mtm).
Tekanan inflasi lebih tinggi didorong oleh kenaikan harga tiket angkutan udara 1,72 persen (mtm) dan harga tomat 19,92 persen (mtm). Sementara itu, penurunan harga bensin menahan inflasi di bulan Desember.
Laju inflasi DIY pada tahun 2023 dan 2024 diprakirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dengan prasyarat kecukupan bahan pangan pokok strategis.
Sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah baik pusat dan daerah, serta Bank Indonesia melalui implementasi GNPIP dan optimalisasi pemanfaatan anggaran pemerintah untuk pengendalian inflasi pangan, diharapkan dapat mengarahkan inflasi dalam sasaran inflasi.
Pengendalian inflasi DIY demi mewujudkan keterjangkauan harga sendiri telah ditempuh melalui berbagai kegiatan seperti Optimalisasi Pelaksanaan Pasar Murah/Operasi Pasar yang sudah terlaksana sebanyak 435 kali hingga 26 November 2023.
Program tersebut pun menjadi salah satu program unggulan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY. Penguatan pasar murah ini pun perlu dilakukan hingga ke level terkecil misalnya toko kelontong/pedagang keliling.
Selain itu juga dengan dilakukannya pemantauan harga pangan bersama TPID DIY, melalui SEGORO AMARTO yang digunakan sebagai acuan harga pasar komoditas pangan di DIY, serta distributor dan pasar lainnya. Pun dengan optimalisasi APBD.
Guna menjaga ketersediaan pasokan, perlu dilakukan penguatan sentra produksi dari level terkecil (kecamatan/desa) untuk komoditas bahan pokok penting; modernisasi pasca panen, pengolahan dan penyimpanan produk pertanian; dan penguatan Data dan Informasi melalui Pengembangan Neraca Pangan serta optimalisasi klaster pangan. Sementara untuk menjamin kelancaran distribusi, perlu terus dilaksanakan Perluasan Kerja Sama antar Daerah (KAD) dan optimalisasi diPanen.id.
Terpisah, Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono membenarkan bahwa harga komoditas cabai di DIY masih relatif cukup tinggi apabila dibandingkan dengan harga komoditas pangan pokok lain yang relatif terkendali.
Selain dikarenakan musim kemarau panjang yang berlangsung pada tahun ini, kebiasaan pola tanam komoditas cabai yang dilakukan secara serentak membuat DIY kesulitan untuk menyediakan pasokan komoditas cabai secara berkelanjutan, sehingga kurangnya pasokan komoditas cabai membuat harga komoditas tersebut menjadi relatif cukup tinggi.
"Kebiasaan kita menanamnya bareng-bareng. sehingga panen itu bersama-sama, raya. Jadi supply yang diciptakan itu tidak bisa terbendung oleh kita. Sudah disampaikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, besok (menanam) menggunakan teknologi supaya bisa membaca kebutuhan industri. Jadi kan dulu diramaikan, kalau panen barengan supaya mengurangi hama dan penyakit. Sekarang kan ada teknologi yang bisa digunakan. Sehingga rantai pasok itu terjaga seterusnya," papar Beny.
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Produsen Anggur Merah Kaliurang Buka Suara, Produksi Dihentikan, Produk Ditarik dari Pasaran |
![]() |
---|
INFO Festival Durian Jogja di Sleman Ada All You Can Eat dan Lomba Makan Durian 26-29 Januari 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.