Arti Pertanda Alam: Terjadi Sambaran Petir Menurut Primbon Jawa, Pertanda Baik atau Buruk?

TRIBUNJOGJA.COM – Pernahkah Anda melihat petir yang menyambar rumah atau pohon di suatu tempat?

Jika pernah, ternyata sambaran petir tersebut mengandung sebuah arti pertanda.

Hal ini bersumber pada buku “Kitab Primbon Jawa Serbaguna” karya R. Gunasasmita yang telah diterbitkan tahun 2021.

Primbon Jawa merupakan pedoman untuk menentukan sikap dalam suatu tindakan dalam kehidupan kita khususnya bagi masyarakat Jawa yang masih mempercayai nenek moyang.

Nah, di dalam Primbon Jawa ini dijelaskan pertanda alam yang muncul tiba-tiba dan dapat dilihat maknanya. Salah satu bentuknya adalah pertanda alam terjadinya sambaran petir.

Menurut buku “Kitab Primbon Jawa Serbaguna” karya R. Gunasasmita, berikut arti pertanda alam sambaran petir yang bisa menandakan suatu pertanda baik ataupun buruk.

Terkadang ketika musim hujan, petir muncul secara tiba-tiba dan menyambar apa saja, sebagai contoh biasanya petir menyambar pepohonan dan juga rumah.

Ternyata sambaran petir memiliki pertanda khusus yang memiliki pesan tersembunyi.

Menurut Primbon Jawa, jika petir menyambar pohon atau rumah, hal ini merupakan pertanda baik.

Konon, si pemilik pohon atau pemilik rumah yang tersambar petir akan memperoleh jabatan atau pangkat yang tinggi.

Hal tersebut bisa dicapai jika rajin berdoa dan berusaha.

Selain itu, usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan bersedekah pada fakir miskin.

Wujud sedekah yang dianjurkan menurut Primbon Jawa, meliputi daging kerbau (komplit dari dagingnya sampai jeroan), memberikan pakaian dan uang secukupnya.

Baca juga: Arti Pertanda Alam Munculnya Lintang Kemukus Menurut Primbon Jawa, Apakah Pertanda Buruk?

Baca juga: Arti Pertanda Alam: Terjadi Gempa Bumi Di Malam Hari Berdasarkan Bulan Jawa Menurut Primbon

Itulah arti pertanda alam sambaran petir menurut Primbon Jawa. Anda boleh saja percaya ataupun tidak percaya. Anggap saja konten ini sebagai hiburan dan tambahan pengetahuan untuk melestarikan kebudayaan kita yang beraneka ragamnya.

(MG Dwi Fitri Rahm Yani)