Berita Jogja Hari Ini
Generasi Muda di DI Yogyakarta Diajak Peduli dengan Isu Iklim
Hampir setiap generasi muda di dunia ini terimbas secara langsung ataupun tidak secara langsung oleh anomali iklim. Mulai dari bencana alam,
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hampir setiap generasi muda di dunia ini terimbas secara langsung ataupun tidak secara langsung oleh anomali iklim.
Mulai dari bencana alam, degradasi lingkungan, hingga hilangnya keanekaragaman hayati yang berujung pada perampasan akses terhadap kesehatan dan pendidikan layak.
Selain itu, anomali iklim berpotensi besar menimbulkan wabah penyakit, toksisitas ekologi, hingga ancaman menurunnya kualitas kesehatan di masa mendatang.
Baca juga: Pemkab Bantul Lakukan Kajian Bersama Sejumlah Stakeholder Terkait Besaran UMK 2024
Dilatarbelakangi hal tersebut, Bengkel Hijrah Iklim (BHI) mendorong anak muda di DI Yogyakarta guna ikut terlibat dalam isu perubahan iklim, adaptasi mitigasi, dan juga transisi berkelanjutan.
"BHI menurutnya berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas anak muda dalam membahas isu lingkungan," terang Project Lead BHI, Aldy Permana dalam media briefing di Yats Colony, Kota Yogyakarta, Selasa (21/11/2023).
Lebih lanjut ia menerangkan, tahapan BHI pertama pelatihan yang pada Oktober 2022 diikuti 20 anak muda Islam dari berbagai daerah di Indonesia.
"Lalu lima orang alumni kita beri kesempatan untuk mendaftarkan proyek atau ide mereka dalam bentuk proposal yang diberikan funding kepada mereka ini," ujarnya.
Lima orang alumni tersebut kemudian juga mendapatkan pelatihan dan mentoring. Mereka mendapatkan pendampingan dari strategi hingga tahap implementasi.
Dua diantara proyek tersebut yakni My Green Leaders yang digagas oleh Kholida Annisa dan juga Salawaku Movement yang digarap oleh Aniati Tokomadoran.
Kholida menuturkan pihaknya mendorong adanya pemimpin pro iklim pada 2024. Dalam pelaksanaan proyeknya, Kholida Menggandeng anak muda yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
"Bulan Juni 2022 kami mengadakan Future Green Leaders Camp untuk mendorong kaum muda untuk mempunyai perspektif lingkungan, sehingga pemimpin ini tidak terpusat di saya tetapi memastikan kepada semua peserta," ujar wanita yang pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Lingkungan Hidup PP IPM periode 2021-2023.
Pihaknya menurut Kholida ingin mengarusutamakan isu lingkungan. Sehingga kerusakan lingkungan tidak lebih cepat daripada gerakan peduli lingkungan. Salah satunya yakni dengan membuat anak muda memahami kekuatan mereka secara politis.
“Kami ini bukan Cuma obyek suara di Pemilu tetapi subjek suara dan mendorong hal itu. Kami bayangkan kami jadi kekuatan besar mendorong pemimpin pro iklim dan massif melakukan pelatihan Future Green Leaders dan menyiapkan anak muda jadi Green Leaders sesuai yang kami geluti kedepannya,” katanya.
Sementara itu Aniati Tokomadoran menceritakan programnya yang digarap di empat pondok pesantren di DIY. Keempat Pondok tersebut yakni , Al Imdad, Assalafiyah, Ar-Rahmah, dan Asy Syifa. Dari riset ini Ani melihat adanya kesenjangan pengetahuan antara pengasuh pondok pesantren, para santri, dan para aktivis itu sendiri.
“Selama riset ternyata teman-teman pesantren belum paham dengan diksi perubahan iklim, mereka melihat itu sebagai hal yang normal dan bukan masalah besar. Dari situ kita sadar bahwa ada perbedaan pengetahuan dengan pesantren,” katanyadi kesempatan yang sama.
Dari hasil riset itu pula pihaknya kemudian mengembangkanmodul bertajuk Climate Boarding School. Pada bulan Maret 2023 ia telah mendiseminasikan modul ini dalam kegiatan People Strike for Peace, Women, and Climate Justice. Ia juga telah menjalin kerjasama dengan dua pondok pesantren yang menjadi tempat risetnya.
"Sejak riset itu pihak pondok pesantren mulai mengerti dan sadar untuk mempraktekkan kesadaran lingkungan, mereka mengurangi jajanan dengan kemasan sekali pakai dan disuport dengan pengelolaan sampah mandiri di pesantren," kata Ani.
Peneliti Pusat Studi Kepemudaan dan Departemen Sosiologi UGM, Ragil Wibawanto yang hadir sebagai penanggap dalam kegiatan tersebut memberikan apresiasinya terhadap berbagai program yang ada di BHI. Hal ini menurutnya merupakan wujud aksi berkelanjutan dan praktek baik dari kepedulian terhadap krisis iklim.
"Generasi Z ini jumlahnya banyak dan mereka akan menjadi pemimpin baru yang mana itu menjadi potensi sebagai penerus Indonesia, itu data dari kependudukan," katanya.
Namun, ia menyoroti bahwa isu dan gerakan lingkungan ini lebih banyak dilakukan di kota. Padahal dari data yang ada menurutnya desa juga mengalami permasalahan lingkungan yang besar. Sehingga isu lingkungan ini menurutnya harus didekatkan dengan konteksnya atau dimasukkan dalam lokalitasnya.
"Ada pula peluang untuk memanfaatkan pendidikan non formal seperti yang dilakukan Kholida dan Aniati ini. Karena ketika masuk ke pendidikan formal kadang ada batas-batas yang tidak bisa dilewati," pungkasnya. (Han)
Kronologi Wisatawan asal Jakarta Hilang di Pantai Siung, Jenazah Ditemukan di Pantai Krakal |
![]() |
---|
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Produsen Anggur Merah Kaliurang Buka Suara, Produksi Dihentikan, Produk Ditarik dari Pasaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.