Berita Sleman Hari Ini

BPBD Sleman Cek Kembali Fungsi Sistem Peringatan Dini Bencana Jelang Musim Hujan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mengecek kembali fungsi perangkat sistem peringatan dini atau early warning sistem

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Dok BPBD Sleman
Petugas mengecek EWS bencana lahar hujan Merapi. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mengecek kembali fungsi perangkat sistem peringatan dini atau early warning sistem (EWS) bencana.

Langkah ini dilakukan sebagai rangkaian dari persiapan menghadapi musim penghujan, yang diperkirakan mulai datang pada November - Desember 2023. 

"Untuk EWS sudah dicek semua oleh teman-teman, kemarin. Ada juga perbaikan sarana prasarana juga. Seperti kabel lecet dan ada sarang semut, semua dicek," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro, Jumat (17/11/2023). 

Baca juga: Puluhan Umat Buddha Panjatkan Doa di Puncak Candi Borobudur, Berharap Perdamaian untuk Palestina

Wilayah Kabupaten Sleman dengan kontur dataran dan sebagian perbukitan memiliki beragam potensi bencana.

Mulai dari longsor, angin kencang, banjir maupun banjir lahar hujan dari sungai berhulu di Gunung Merapi.

Sebab itu, keberadaan sistem peringatan dini atau EWS menjadi sangat penting.

Jumlah EWS yang terpasang saat ini ada 31 dan tersebar di kawasan rawan bencana Lereng gunung Merapi dan sebagian wilayah Prambanan bagian atas.

Sistem peringatan dini paling banyak terpasang di seputar lereng gunung Merapi dengan jumlah sekira 28 unit. 

Hasil pengecekan di lapangan, Bambang memastikan, seluruh sistem peringatan dini bencana ini dalam kondisi aman. 

"Semuanya aman," kata dia. 

Diketahui menjelang berakhir musim kemarau menuju awal musim penghujan ini, BPBD Kabupaten Sleman telah melakukan pelbagai langkah antisipasi potensi bencana hidrometeorologi untuk meminimalisir jumlah korban.

Di antaranya, mulai menyiapkan peralatan dan meminta relawan bencana di tingkat Kalurahan untuk memitigasi potensi bencana di wilayah masing-masing. 

"FPRB (forum pengurangan resiko bencana) atau relawan Kaltana (Kalurahan Tanggap Bencana) ini kan ada di setiap Kalurahan. Mereka, kami harapkan mampu mengidentifikasi wilayahnya terhadap berbagai potensi bencana yang bakal dihadapi, sehingga kalau ada bencana sudah siap. Karena kami jauh dan (personel) terbatas. Tanpa relawan bencana ini, kami tidak bisa apa-apa," kata Bambang. 

Menurut dia, ada sejumlah potensi bencana hidrometeorologi yang perlu diwaspadai di Kabupaten Sleman memasuki musim penghujan. Utamanya adalah longsor dan puting beliung atau angin kencang.

Termasuk bencana turunannya seperti petir maupun pohon, baliho dan tiang listrik tumbang diterpa angin. Sebab itu, langkah antisipasi perlu dilakukan antara pemangku di tingkat wilayah dengan relawan di Kalurahan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved