Puisi Goenawan Mohamad
Puisi Nuh Goenawan Mohamad: Pada hari Ahad kedua, kota tua itu tumpas Curah hujan
Puisi Nuh Goenawan Mohamad: Pada hari Ahad kedua, kota tua itu tumpas Curah hujan
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Yudha Kristiawan

net via easystudyschool
Goenawan Mohamad. Puisi Nuh Goenawan Mohamad: Pada hari Ahad kedua, kota tua itu tumpas Curah hujan
Puisi Nuh Goenawan Mohamad
Pada hari Ahad kedua, kota tua itu tumpas. Curah hujan
tak lagi deras, meskipun angkasa masih ungu, dan hari gusar.
Rumah-rumah runtuh, seluruh permukaan rumpang, dan
tamasya mati bunyi, kecuali gemuruh air. Memang ada jerit
terakhir, yakni teriak seorang anak.
“Ia jatuh,” kata laporan yang disampaikan kepada Nakhoda
“dari sebuah atap yang bongkah. Air bah menyeretnya
Kakinya memang lumpuh sebelah. Dengan cepat ia pun
tenggelam, seperti yang lain-lain: neneknya, ibu-bapaknya,
saudara-saudaranya sekandung. Ia tenggelam, seraya memekik,
begitu juga seluruh kota.”
Nakhoda itu tersenyum. Segera diberitakannya kabar terakhir itu
Berita Terkait
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.