Mahasiswi di Bantul Loncat dari Gedung

UMY Beri Pendampingan Psikologis Pasca Meninggalnya Salah Satu Mahasiswi

Masyarakat dikejutkan kasus mahasiswa UMY berinisial SMQ (18) yang jatuh dari lantai empat University Residence (Unires) UMY pada Senin pagi 2 Oktober

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Mahasiswi dan pendamping asrama Unires Putri saat diberikan pendampingan dan konseling oleh LPKA UMY 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Masyarakat dikejutkan kasus mahasiswa UMY berinisial SMQ (18) yang jatuh dari lantai empat University Residence (Unires) UMY pada Senin pagi 2 Oktober 2023 lalu.  

Pasca kejadian  Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan cepat merespons dan mengambil langkah-langkah tanggap darurat.

Langkah yang dilakukan adalah dengan memberikan pendampingan psikologis bagi mahasiswi dan pendamping Unires putri.

Baca juga: Pemerintah, Apindo, dan 11 Perusahaan Siap Dukung MKBM Mandiri di DIY

Muhammad Arif Rizqi,  selaku Kepala Divisi Konseling dan Kesejahteraan Mahasiswa, LPKA UMY mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pembina dan pengelola Unires untuk dapat memberikan dukungan berupa pendampingan psikologis.

Pendampingan psikologis tersebut telah dilakukan pertama kali pada Selasa malam (3/10/2023) kepada 150 orang yang tinggal di Unires Putri dengan memetakan kategori yang perlu diprioritaskan. Pendampingan tersebut juga direncanakan akan terus dilakukan hingga dua minggu ke depan.

“Ada dua kategori, yang kami sebut ring 1 dan ring 2. Ring 1 yang memang terdampak cukup signifikan, yaitu teman sekamar, satu lorong dan satu jamaah dengan korban,” ujarnya.

“Kemudian ring 2 yang memang mereka mengetahui tapi masih dalam kondisi yang belum terlalu terdampak, tapi tetap kami berikan pendampingan,” ungkapnya pada Rabu (4/10/2023) malam.

Menurutnya, mahasiswa yang masuk kategori ring 1 memang menunjukkan gejala klinis yang cukup berat yang beberapa diantaranya adalah pendamping asrama.

Mereka terdampak secara emosional karena mengenal dan mendampingi korban selama proses di unires.

Selanjutnya, LPKA UMY membagi kelompok ring 1 menjadi ring 1a dan ring 1b, masing-masing didampingi oleh konselor dengan metode group therapy.

Pendampingan ini dilakukan dengan tujuan memberikan dukungan emosional kepada mereka yang sangat dekat dengan korban.

Arif pun menjelaskan bahwa hasil screening psikologis yang dilakukan oleh konselor UMY menunjukkan bahwa mahasiswa dan pendamping asrama dinilai sangat membutuhkan pendampingan khusus.

“Karena saya melihat banyak emosi-emosi yang muncul, di akhir bahkan ada yang cukup lama butuh physical touching, dipeluk oleh konselornya cukup lama. Itu menandakan bahwa mereka sangat butuh dukungan dan alhamdulilah mereka juga terbuka untuk bercerita, ” ungkapnya.

Selain itu, LPKA UMY juga melibatkan pendampingan dari konselor sebaya dan akan melakukan screening psikologis yang komprehensif untuk semua mahasiswa Unires dan mahasiswa UMY secara umum sebagai tindakan preventif.

LPKA UMY mendorong mahasiswa untuk bersama-sama mengatasi situasi ini dengan kebersamaan dan optimisme. Arif mengimbau kepada mahasiswa untuk lebih sadar terhadap kondisinya dan teman-temannya dengan memanfaatkan layanan konseling yang tersedia di UMY. (nto)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved