Pengakuan Sejumlah Warga Borobudur Magelang yang Mengeluhkan Serangan Monyet Ekor Panjang
Monyet-monyet tersebut mengambil makanan seperti singkong, kacang-kacangan, pisang, mangga atau rambutan yang ditanam warga.
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Saat itu Ida sedang momong putra kembarnya di halaman rumah.
Tiba-tiba sekawanan monyet datang untuk mengambil mangga.
"Saya gusah (usir) pakai tongkat, tapi kalau perempuan yang ngusir biasanya nggak pada pergi, beda kalau sama laki-laki," tukasnya.
Serangan monyet ke pemukiman warga ini disinyalir lantaran di sumber daya makanan di hutan mulai menipis.
Musim kemarau jadi satu sebab tipisnya persediaan makanan di dalam hutan.
Jika musim hujan, intensitas monyet ekor panjang turun ke pemukiman sangat rendah.
Pasalnya, daun-daun segar dan tumbuhan dengan buah-buahan banyak tersedia di hutan.
"Musim hujan juga ada, mereka biasanya ngambil sayuran, tomat, pokoknya selain cabai. Kalau dijarah begitu, pasti jadi gagal panen, bunga-bunganya jadi rusak gara-gara diacak-acak monyet," ungkapnya.
Bagi Ida, monyet tak ubahnya seperti hama yang merugikan. Pasalnya ia dan keluarga menggantungkan hidupnya dari bertani dan berkebun. Di
musim kemarau, Ida hanya bisa menanam singkong dan pepaya, itupun harus dijaga betul-betul jika tak ingin dirusak monyet.
Sebagai langkah antisipasi tanamannya dirusak monyet, Ida membuat pagar dari jaring untuk melindungi sumber mata pencahariannya.
Dengan jaring itu, monyet biasanya kebingungan dan tak bisa mengambil atau mengacak-acak tanamanan.
Hal serupa juga dilakukan oleh warga yang memiliki perkebunan di kawasan yang lebih rendah di Dusun Ngargosari.
Berdasarkan pengamatan reporter Tribun Jogja, di kawasan bawah kebanyakan warga menanam pepaya dan singkong di musim kemarau, sekelilingnya dilindungi jaring untuk menangkal monyet masuk.
Ninik Lestari, warga yang tinggal di kawasan bawah Dusun Ngargosari menceritakan, kebun di depan rumahnya kerap didatangi monyet yang menjarah.
"Kalau masih lapar tidak mau pergi, kalau kenyang baru pergi. Mereka datang berkerumun, kalau ada orang lewat yang di atas kasih kode buat waspada," jelas Ninik. (*)
Besok Ada Karnaval Budaya Muntilan di Magelang, Ini Rekayasa Lalin yang Disiapkan |
![]() |
---|
Kolaborasi AQUA–InJourney Dukung Pariwisata Sehat dan Berkelanjutan di Kawasan Candi |
![]() |
---|
Cara Pemkot Magelang Perkuat Sinergi dengan Parpol dan Ormas |
![]() |
---|
Akhir Kasus Dokter Hewan di Magelang Buka Praktik Suntik Pengobatan Manusia |
![]() |
---|
Untidar Magelang Dampingi Pengelola Jurnal Ilmiah se-Kedu Raya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.