Akhir Cerita Siswi Yatim Piatu Asal Purworejo, Tinggal Berdua dengan Nenek Berusia 78 Tahun
siswi salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ditemukan meninggal dunia pada Minggu
Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Seorang siswi salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ditemukan meninggal dunia pada Minggu (24/9/2023). Jasad siswi berinisial UH (21) itu ditemukan tak bernyawa di ladang sebuah desa di Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Pelajar itu diduga nekat melakukan aksi bunuh diri karena jasadnya ditemukan dalam kondisi terlilit kain di leher yang digunakan untuk gantung diri.
Adapun, sempat viral informasi di media sosial yang mengatakan bahwa aksi nekat pelajar tersebut dipicu karena tindakan bullying atau perundungan yang dialaminya.
Paman korban berinisial M (48) mengaku tidak mengetahui secara pasti permasalahan apa yang dialami keponakannya hingga nekat mengakhiri hidup.
Sebelum ditemukan meninggal dunia, keponakannya sempat mengirim pesan WA yang berisi keinginan untuk keluar sekolah.
"Kemarin Jumat (22/9/2023), dia kirim pesan WA bilang mau keluar dari sekolah, mau kerja saja.
"Saya tanya ada masalah apa, tapi dia bilang tidak ada. Waktu itu saya cuma kasih nasehat dan motivasi supaya dia sabar kalau ada masalah, fokus belajar saja karena sebentar lagi lulus," ungkapnya kepada awak media, Senin (25/9/2023).
Dia mengungkapkan, keponakannya duduk di Kelas 12 dan sedang menjalankan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di sebuah usaha konveksi di Kabupaten Purworejo.
Masa PKL korban pun diketahui sudah hampir selesai, sehingga tak berapa lama lagi pihak sekolah akan melakukan penarikan.
M bercerita keponakannya adalah sosok anak yang pendiam dan pemalu.
Baca juga: Fakta-fakta Mahasiswa Bunuh Diri di Kamar Kos Daerah Pogung Sleman, Ini Pernyataan Kampus
Kendati demikian, ia adalah seorang anak yang tidak mau merepotkan orang lain, cukup pandai, dan rajin membantu neneknya.
Di Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, korban hidup berdua dengan neneknya yang sudah berusia 78 tahun.
Sebab, ayah dan ibu korban sudah meninggal dunia ketika masih kecil.
Ia bercerita, satu hari sebelum meninggal dunia, korban diduga pergi ke ladang untuk mencari singkong.
Korban dikatakan sempat pulang membawa singkong hasil panen kemudian pergi lagi dan tak kunjung pulang.
"Anak itu memang rajin membantu nenek cari singkong atau kayu bakar. Pas Sabtu (23/9/2023) sekitar pukul 09.00 WIB dia pergi tidak pamit, padahal biasanya pamitan.
"Sampai Isya kok tidak pulang-pulang, sehingga nenek bertanya-tanya. Terus, keluarga dibantu tetangga langsung mencari-cari sampai pukul 01.00 WIB," jelasnya.
Namun, pencarian malam itu tidak menuai hasil.
Akhirnya, warga dan keluarga kembali mencari dan menemukan korban dalam kondisi tak bernyawa pada Minggu (24/9/2023) sekitar pukul 14.30 WIB.
Pihak keluarga tidak mengetahui dugaan perundungan yang santer diisukan dan dialami korban.
Kini, mereka mengaku sudah ikhlas terhadap peristiwa yang menimpa korban.
Adapun kini, jenazah korban sudah dimakamkan di dekat pusara kedua orang tuanya.
Kepala Sekolah terkait, Agus, menyatakan sangat terkejut dengan peristiwa yang menimpa salah satu anak didiknya.
Pria tersebut juga mengaku kaget atas munculnya isu perundungan yang dialami pelajar itu.
"Kami sangat terkejut dengan berita itu (kematian korban), apalagi sebentar lagi kami melakukan penarikan PKL.
"Soal bullying, selama ini tidak ada laporan dari anak-anak maupun guru pembimbing. Selama bersekolah, anaknya baik, aktif, dan sering bertanya saat pelajaran. Dia juga termasuk anak yang rajin," ucapnya.
Meskipun begitu, pihaknya mengaku akan mencoba menyelidiki dan menindaklanjuti isu perundungan yang dialami korban di sekolah.
Pihaknya juga akan membentuk tim untuk melakukan penelusuran itu.
“Saat ini, teman-temanya pasti masih shock dengar kabar itu, temasuk keluarga besar sekolah. Info dari teman-temanya sih baik-baik saja, tapi karena ada isu seperti itu maka kami harus telusuri,” katanya.
Selama bersekolah, lanjutnya, korban termasuk salah satu siswa yang mendapatkan beasiswa PIP. Sehingga dari sisi keuangan dan pembayaran di sekolah tidak ada masalah.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Purworejo, AKP Andre Birawa, membenarkan bahwa jasad korban ditemukan oleh warga dan keluarga dalam kondisi terlilit kain di bagian leher. Walaupun begitu, pihaknya tidak membenarkan ataupun menyalahkan informasi bahwa korban merupakan korban bullying atau tidak.
"Kalau terkait bullyian bisa dikonfirmasi ke pihak keluarga atau sekolah, kalau dari kami tidak ada bahasa seperti itu.
"Kemarin kami sudah melakukan visum luar dan pihak rumah sakit menyatakan tidak ada luka tanda kekerasan. Kami sudah sarankan pihak keluarga untuk melakukan otopsi, namun mereka tidak berkenan," pungkasnya.
*)Catatan : Artikel ini dibuat bukan untuk menginspirasi Anda yang sedang berpikir untuk mengakhiri kehidupan.
Bagi Anda yang merasa kesepian dan memiliki permasalahan mental, jangan menunda untuk meminta pertolongan profesional.
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. (Tribunjogja.com/Dewi Rukmini)
Kasus Kades Salamkanci Magelang Terjerat Proyek Pembangunan Saluran Air |
![]() |
---|
Kakek di Bantul Meninggal di Pohon Jati, Polisi Tak Temukan Tanda-tanda Kekerasan |
![]() |
---|
Lomba Sanitasi dan Sosialisasi Layanan Lumpur Tinja Terjadwal Kota Magelang |
![]() |
---|
Mahasiswa di Kota Magelang Ditahan Polisi karena Miliki 5,84 gram Sabu-sabu |
![]() |
---|
Rekayasa Lalu Lintas Magelang Ethno Carnival 2025 Sabtu 20 September |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.