PT TWC Terus Tingkatkan Pariwisata Inklusif Agar Bisa Dinikmati Banyak Kalangan
Upaya ini dilakukan untuk menghadirkan keramahtamahan Indonesia kepada semua pengunjung yang datang.
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko terus berupaya meningkatkan kualitas pariwisata di Indonesia melalui empat pilar pengelolaan dan pengembangan wisata, yaitu, Edukasi, Konservasi, Spiritual dan Pariwisata.
Upaya ini dilakukan untuk menghadirkan keramahtamahan Indonesia kepada semua pengunjung yang datang.
Hal ini sejalan dengan merealisasikan destinasi yang inklusif bagi semua pihak untuk menunjang pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Selain itu destinasi yang inklusif jadi salah satu fokus TWC untuk turut ditingkatkan, melalui pelayanan prima serta pemenuhan sarana dan prasarana pendukung di di destinasi wisata dan kawasan.
Aspek inklusivitas merupakan aktualisasi pariwisata yang berkualitas, adil, dan berkelanjutan.
Hal tersebut diwujudkan, salah satunya dengan memberikan layanan terbaik bagi kunjungan wisata siswa-siswi SLB N 2 Bantul ke Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada Selasa (12/9/2023).
Kunjungan ini sebagai sarana edukasi dan pengenalan destinasi wisata Cagar Budaya yang juga merupakan Warisan Budaya Dunia versi UNESCO.
Sebanyak 124 siswa-siswi SLB N 2 Bantul ini meluapkan kegembiraan disambut langsung oleh General Manager of Borobudur, Jamaludin Mawardi beserta tim manajemen di area Marga Utama, Taman Wisata Candi Borobudur.
Keagungan candi bercorak Buddha yang dibangun pada era Dinasti Syailendra ini menorehkan kekaguman di wajah siswa-siswi SLB N 2 Bantul.
Siswa-siswi kemudian melanjutkan dengan aktivitas melukis Candi Borobudur.
Pulasan warna-warni Candi Borobudur yang dilukis oleh para difabel ini merupakan bentuk kecintaan terhadap peninggalan situs cagar budaya bangsa.
“Ini merupakan pengalaman baru dan memberikan kesan mendalam bagi mereka semua. Kami bekerja sama dengan PT TWC ingin mengenalkan destinasi cagar budaya seperti Candi Borobudur ini kepada mereka. Upaya kolaborasi ini tentunya bermanfaat bagi semua pihak, terlebih siswa-siswi untuk lebih mencintai akar budaya bangsanya sendiri,” kata Kepala SLB N 2 Bantul, Astuti Hermawati.
Lebih lanjut Astuti mengatakan, kunjungan ini memiliki beberapa tujuan, yaitu mengenalkan peserta didik ke tempat bersejarah, menambah pengetahuan peserta didik tentang bangunan candi Buddha dan sejarahnya, menguatkan rasa cinta pada warisan budaya bangsa Indonesia, menumbuhkan rasa ikut memiliki sehingga berinisiatif dalam pelestarian peninggalan candi, meningkatkan toleransi dan rasa menghormati penganut agama lain.
“Kami sangat senang karena pihak Taman Wisata Candi Borobudur sudah memfasilitasi dan melayani kami dengan sangat baik. Ini membuktikan destinasi Taman Wisata Candi Borobudur sangat inklusif. Kami juga berharap kerjasama yang baik ini tetap akan terjalin di tahun-tahun mendatang sehingga peserta didik berkebutuhan khusus dapat memiliki pengalaman langsung berkunjung ke situs candi Borobudur,” kata Astuti.
Pada kunjungan kali ini diikuti oleh 255 peserta yang terdiri dari 124 siswa, 42 guru karyawan, 8 mahasiswa dan 82 wali siswa. Selain berkunjung ke situs candi dan menyimak cerita sejarah candi, kami juga menyelenggarakan lomba mewarnai, melukis, dan membuat sketsa Candi Borobudur bagi peserta didik di halaman candi.
Siswa-siswi SLB N 2 Bantul yang didampingi oleh guru serta orang tuanya ini kemudian berkunjung ke pelataran atau halaman Candi Borobudur. Mereka menyusuri Marga Utama yang telah disematkan guiding block bagi difabel netra untuk menuju pelataran Candi Borobudur.
Setelah itu, mereka melalui jalur ramp yang dibangun khusus untuk menunjang aktivitas para wisatawan difabel yang berkunjung ke Candi Borobudur.
Ramp merupakan bidang miring yang dibuat untuk menghubungkan perbedaan ketinggian lantai yang memiliki permukaan lurus.
Hal ini berbeda dengan tangga yang menggunakan sistem pijakan berundak-undak, sehingga sulit dilalui oleh para difabel.
Dari pelataran Candi Borobudur, peserta kunjungan kemudian memasuki area Museum Kapal Samudraraksa.
Di museum ini, peserta diajak belajar tentang kebesaran peninggalan maritim dari nenek moyang bangsa Indonesia.
Peninggalan sejarah maritim ini salah satunya terpatri melalui gambar kapal tradisional berbahan kayu di salah satu relief Candi Borobudur.
Museum Kapal Samudraraksa juga memiliki replika dari kapal Samudraraksa yang telah berlayar mengelilingi berbagai negara.
Selain itu, melalui visual digital, peserta diajak mengikuti perkembangan sejarah maritim, dari mulai zaman kerajaan nusantara hingga saat ini.
Lebih lanjut, Jamaludin Mawardi mengatakan bahwa PT TWC berkomitmen menghadirkan destinasi yang berkelanjutan serta inklusif bagi semua pihak.
Hal ini sesuai dengan nilai-nilai universal yang dikandung oleh tiap situs cagar budaya yang dikelolanya.
Selain itu, keberadaan destinasi yang inklusif juga berperan dalam memberikan manfaat yang lebih bagi semua pihak.
“PT TWC terus berkomitmen untuk menghadirkan destinasi yang inklusif kepada semua pengunjung. Pembangunan infrastruktur pariwisata yang inklusif, dengan aksesibilitas yang baik dan ramah bagi seluruh ragam wisatawan tidak hanya memberikan keuntungan bagi para penyandang disabilitas, tetapi juga bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya.(*)
Kontes Domba Nasional Piala Bupati Magelang 2025 Digelar di Grabag |
![]() |
---|
Kasus Dugaan Salah Tangkap di Magelang, Keluarga Mengadu ke Komnas HAM Hingga KPAI |
![]() |
---|
Magelang Ethno Carnival 2025 Berlangsung Meriah, Ribuan Warga Padati Jantung Kota |
![]() |
---|
Kasus Kades Salamkanci Magelang Terjerat Proyek Pembangunan Saluran Air |
![]() |
---|
Borobudur Cultural Center Hangus Terbakar, Diduga Karena Konsleting Listrik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.