Berita Jogja Hari Ini
Farah Button Kolaborasi Dengan UMKM Konveksi DIY Untuk Penuhi Pesanan
Kolaborasi menjadi salah satu kunci sukses Farah Button bertahan di dunia fesyen. Hal itu diwujudkan dengan menggandeng UMKM konveksi di DIY.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kolaborasi menjadi salah satu kunci sukses Farah Button bertahan di dunia fesyen. Hal itu diwujudkan dengan menggandeng UMKM konveksi di DIY.
Sutardi, Pemilik Farah Button bercerita mulanya bisnisnya tak berjalan lancar. Produk pertamanya dirilis 2015 lalu. Butuh lebih dari dua pekan untuk menjual satu lusin produknya.
Baca juga: Dinas Pendidikan Bakal Tindaklanjuti Kasus Penganiayaan 5 Pelajar SMP di Sleman oleh Alumni
Meski begitu, ia tak menyerah. Inovasi dan konsistensinya dalam mendesain pakaian mengantarnya pada kesuksesan.
"Kuncinya di konsistensi desain sih. Tahun 2019 itu produk Farah Button booming. Dari 2015 yang satu lusin aja nggak habis, akhirnya bisa produksi lebih dari 176ribu," katanya dalam Talkshow Kupas Tuntas Bangun Brand Fashion di Pakuwon Mall Yogyakarta, Selasa (12/09/2023).
Banyaknya permintaan membuatnya berkolaborasi dengan UMKM konveksi di DIY. Pasalnya untuk produk baru, ia memproduksi minimal 1.000 pakaian.
Itulah sebabnya ia turut menggandeng UMKM konveksi di DIY. Ada banyak UMKM yang ia libatkan dalam pengerjaan produknya.
"Kualitas konveksi di DIY itu bagus. Tapi sayangnya imagenya konveksi di DIY itu cuma bikin daster, dan jahitannya jelek. Kami pengen mengubah itu, nyatanya ada banyak UMKM konveksi yang kami libatkan, merata di DIY. Untuk konveksi besar itu ada lima, tapi yang kecil-kecil banyak," terangnya.
Dengan berkolaborasi tersebut, ia ingin agar UMKM konveksi di DIY semakin berkembang. Terlebih UMKM menjadi tulang punggung perekonomian di DIY.
Pihaknya pun terbuka jika ada UMKM konveksi yang ingin bergabung dalam pengerjaan produknya.
"Kebanyakan memang mereka (UMKM konveksi) datang, pengen ikut gabung. Tetapi nggak semua bisa sesuai dengan standar kami kan, lalu kami berikan pelatihan. Nah ini yang kurang tersentuh oleh pemerintah. Mereka kan juga butuh pelatihan untuk meningkatkan skill," ujarnya.
Egi Mashita adalah salah satu pemilik konveski di DIY yang bergabung dengan Farah Button. Sejak membesarkan bisnisnya ada 2020 lalu, ia belum pernah menerima pelatihan, apalagi akses permodalan.
"Padahal kami juga butuh pelatihan, sehingga bisa menghasilkan pakaian dengan harga terjangkau tapi tetap berkualitas. Ya alhamdulillah dengan bergabung dengan Farah Button sekarang sudah ada 55 karyawan," ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ratu Sabilla, pemilik konveksi Asiatik Work. Ia berharap pemerintah juga memberikan dukungan pada UMKM konveksi, sehingga bisnisnya berkelanjutan.
"Harapannya kami juga dapat dukungan yang nyata dari pemerintah, sehingga kulitas produk bisa meningkatkan dan kami bisa menerima pesanan secara berkelanjutan," imbuhnya. (maw)
KENAPA Cuaca di Yogyakarta Terasa Dingin Akhir-akhir Ini? Ini 5 Fakta Menariknya |
![]() |
---|
Kronologi 3 Wisatawan Asal Sragen dan Karanganyar Terseret Ombak di Pantai Parangtritis |
![]() |
---|
Banyak Moge Harley Davidson Lewat Jogja, Ada Event Apa? |
![]() |
---|
Produsen Anggur Merah Kaliurang Buka Suara, Produksi Dihentikan, Produk Ditarik dari Pasaran |
![]() |
---|
INFO Festival Durian Jogja di Sleman Ada All You Can Eat dan Lomba Makan Durian 26-29 Januari 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.