Viral Medsos

Viral Kisah Marissa Hutabarat, Warga Batak Pertama yang Jadi Hakim di Amerika Serikat

Nama Marissa Hutabarat menjadi viral lagi di media sosial setelah ada orang Indonesia yang kembali mengunggah foto Marissa Hutabarat di X. Siapa dia?

judgemarissa.com
Marissa Hutabarat, perempuan bermarga Batak yang menjadi hakim di New Orleans, Amerika Serikat mulai 15 Agustus 2020 

Marissa Hutabarat ternyata belajar hukum di Loyola University yang berada di New Orleans.

Kecintaan dengan New Orleans mengetuk hatinya untuk mengabdi pada kota tersebut sesuai dengan bidangnya.

“Maka saya ingin menjadi hakim dan mengabdi pada kota ini. Setelah lulus kuliah hukum, saya punya ide untuk jadi seorang hakim ,” jelas dia.

Ia mengakui, ide tersebut datang cukup cepat, tepat setelah ia lulus dari Loyola University.


“Setelah itu, saya diberi kesempatan untuk melayani tiga hakim yang berbeda sebagai panitera pengadilan,” tuturnya.

Marissa Hutabarat, perempuan bermarga Batak yang menjadi hakim di New Orleans, Amerika Serikat mulai 15 Agustus 2020
Marissa Hutabarat, perempuan bermarga Batak yang menjadi hakim di New Orleans, Amerika Serikat mulai 15 Agustus 2020 (judgemarissa.com)

Saat melayani tiga hakim itu, Marissa Hutabarat menyadari, untuk menjadi hakim, dia harus memiliki keinginan dan semangat untuk menolong orang.

“Dan saya jadi paham, menemukan passion saya untuk menegakkan hukum,” terangnya.

Marissa sempat menjadi pengacara untuk mengetahui perspektif orang yang mengadukan masalah hukum.

Setelahnya, dia baru mengajukan diri untuk menjadi hakim First City Court atau setara dengan peradilan tingkat pertama.

3. Bapak orang Batak dan ibu China-Thailand

Marissa Hutabarat lahir dari seorang laki-laki Batak bernama Hutabarat dan ibu keturunan China-Thailand.

Meski lahir dan besar di Amerika Serikat, Marissa Hutabarat mengakui keluarganya masih mewarisi nilai ke-Indonesiaan, salah satunya berorientasi pada keluarga.

“Saya yakin, nilai itu masih ada dalam diri saya karena warisan Batak. Opung saya tinggal bersama kami ketika saya masih berusia 9 bulan. Beliau banyak merawat saya juga. Orientasi keluarga ini menurun dari generasi ke generasi,” jelasnya.

Baca juga: Kisah Pelayan Klien Camp Assessment Dinas Sosial DIY, Rawat ODGJ dengan Penuh Keiklasan


Marissa Hutabarat menceritakan, opung menjanda dengan tujuh anak saat masih muda.

Saat itu, banyak saudara datang untuk membantunya dan keluarga.

“Dan ketika anak-anaknya sudah cukup dewasa. Anak yang lebih tua membantu adik-adiknya. Itu terus berlanjut ketika orang tua saya butuh bantuan merawat saya, beliau ikut tinggal bersama kami,” ucapnya.

 

( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved