Berita Bantul Hari Ini
Warga Padukuhan Plumbungan Bantul Sulap Sampah Jadi Kerajinan Tangan Bernilai Jual
Ketua Bank Sampah Padukuhan Plumbungan, Mirna Dewi (49) atau yang memiliki nama asli Tuminah, berujar, sampah-sampah
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Warga Padukuhan Plumbungan, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyulap sampah menjadi kerajinan tangan bernilai jual.
Produksi kerajinan tangan itu dilakukan lewat Bank Sampah Padukuhan Plumbungan.
Ketua Bank Sampah Padukuhan Plumbungan, Mirna Dewi (49) atau yang memiliki nama asli Tuminah, berujar, sampah-sampah yang hendak disulap menjadi kerajinan tangan tersebut berasal dari sampah produksi rumah tangga dan dari sejumlah pedagang angkringan.
Baca juga: Program Kartu Prakerja Masih Bergulir, Tahun 2023 Menggunakan Skema Normal
"Ide itu saya dapat karena dulu saya diamanahkan untuk mengolah bank sampah, tapi lama-lama jadi cinta sama sampah. Terus, (saya pikir) bagaimana caranya orang membuang sampah tanpa membayar melainkan dibayar. Nah dari situ, saya mulai aktif untuk mengolah sampah menjadi kerajinan tangan dan ada nilai jualnya," tuturnya kepada wartawan di Bank Sampah Padukuhan Plumbungan, Rabu (9/8/2023).
Nantinya, sampah-sampah yang disetorkan oleh warga setempat akan diolah menjadi sabun minyak jelantah, lilin minyak jelantah, eco enzyme, sabun cuci baju liquid eco enzyme, pot bekas dari bekas masker, pot dari pampers bekas, pupuk cair dari pampers bekas, bunga plastik kresek bekas, dompet dari plastik bekas, tas dari plastik bekas hingga gantungan kunci dari plastik bekas.
Disampaikannya, proses pengolahan sampah menjadi kerajinan bernilai jual itu dilakukan secara manual alias hanya menggunakan tenaga manusia.
Mulai dari proses pemilihan sampah, pemotongan sampah, perangkaian hingga finishing.
"Sebagai contoh produk yang banyak dicari dan mudah dibuat itu adalah dompet dan tas dari plastik bekas. Jadi setelah semuanya terkumpul, akan kami pilah sesuai jenis dan ukurannya. Kemudian dicuci, dikeringkan, dianyam, dijahit dan dilakukan finishing," jelas wanita yang juga memiliki profesi sebagai penyanyi dan perias pengantin.
Harga jual produk olahan tersebut cukup bervariasi mulai dari Rp5 ribu hingga Rp250 ribu.
Tidak heran, produk-produk tersebut kerap dilirik oleh sejumlah masyarakat dari Kabupaten Bantul dan luar Kabupaten Bantul.
"Ada juga yang beli produk kerajinan tangan kami itu dari instansi pemerintahan setempat," tutup dia. (Nei)
Dinkop UKM DIY dan Iwapi Bantul Gelar Pameran Produk Disabilitas di Stadion Sultan Agung |
![]() |
---|
Sejumlah Titik di Bantul Longsor Terdampak Hujan Deras |
![]() |
---|
13 Orang Meninggal Karena Laka Air hingga Pekan Kedua Desember 2024, Ini Pesan Polres Bantul |
![]() |
---|
Festival Inspirasi Pendidikan Kabupaten Bantul 2024, Jadi Sarana Peringati PGRI dan HKN |
![]() |
---|
Natal dan Tahun Baru, Stok Kebutuhan LPG 3 Kg di Bantul Disebut Aman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.