Inilah 12 Tanda Jika Ada Lindu Pada Kalender Islam Menurut Primbon Jawa

Dalam pandangan Primbon Jawa “Lindu” dalam kalender bulan islam memiliki penafsiran tersendiri, Apa saja Tanda tersebut?

|
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
pixabay
Gempa Bumi 

TRIBUNJOGJA.COM – Menurut kamu besar Bahasa Indonesia KBBI, Lindu berarti gempa, sedangkan kata Lindu dalam Bahasa jawa artinya Gempa kecil.

Lindu adalah peristiwa bencana alam, Lindu terjadi karena adanya pergeseran lempeng tektonik bumi yang saling berinteraksi, sehingga memberikan efek getaran pada permukaan.

Dalam pandangan Primbon Jawa “Lindu” dalam kalender bulan islam memiliki penafsiran tersendiri, Apa saja Tanda tersebut? 

Menurut buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” pada halaman 19, Dijelaskan bahwa Lindu memiliki tanda sesuai dengan kalender bulan islam.

Berikut adalah penjelasan arti gempa bumi dalam bulan islam menurut buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)”

Perlu diingat-ingat bahwa interprestasi tanda-tanda dalam Primbon Jawa merupakan bagian dari warisan budaya dan keyakinan para Masyarakat terdahulu.

Pandangan ini mungkin tidak sesuai denga apa yang sudah menjadi pemahaman dalam ilmiah mengenai gempa bumi.

Ilmu Pengetahuan menyebutkan bahwa Gempa Bumi terjadi akibat adanya pergerakan lempeng tektonik yang ada di kerak bumi.

Sementara itu pandangan menurut Primbon Jawa lebih bersifat metafisik dan berkaitan dengan adanya aspek spiritual.

Inilah 12 arti Lindu “Alamating Lidhu” dalam bulan islam menurut Primbon Jawa

1. Lindu pada bulan Pertama Muharram Kalender Hijriyah

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Muharram, yen awan Alamat akeh wong prihatin, yen bengi slamat, larang sandhang pangan”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika ada gempa pada bulan Muharram, Pada siang hari banyak yang khawatir, jika malam hari aman, dan mahal membeli baju dan makanan”

Dijelaskan bahwa kalimat tersebut merupakan peribahasa atau ungkapan dalam Bahasa Indonesia yang mengandung makna simbolis.

Dalam Konteks tersebut mengambarkan tentang adanya keyakinan Masyarakat terhadap bulan pertama dalam kalender hijriyah (kalender islam) yaitu bulan Muharram

Dalam kalimat “Jika ada gempa pada bulan Muharram, Pada siang hari banyak yang khawatir” Bagian tersebut memiliki gambaran persepsi bahwa jika terjadi gempa bumi pada bulan pertama Muharram. pada siang hari banyak orang-orang merasa takut dan khawatir.

Hal tersebut mungkin berkaitan dengan adanya keyakinan atau mitos bahwa peristiwa gempa pada bulan ini memiliki pertanda atau makan tertentu.

Kalimat “Jika malam hari aman ” Bagian ini mungkin jika terjadi gempa di malam hari pada bulan pertama Muharram memiliki arti bahwa orang-orang percaya dan menganggap jika suasana malam hari memberikan ketenagan atau perlindungan dari ketakutan jika terjadi gempa sepanjang hari.

“Mahal,membeli baju dan makanan” Bagian tersebut mencerminkan bahwa pada bulan Muharram, harga baju dan makanan akan lebih naik. Hal ini bisa merujuk pada keyakinan bahwa saat bulan Muharram memiliki pengaruh terhadap ekonomi,dimana harga-harga barang dan konsumsi dapat naik dalam periode ini,

2. Lindu pada bulan Kedua Shafar

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Shafar, yen awan Alamat akeh wong nagara pada ngalib, serta akeh pangering, yen bengi alamt becik, ing dalem sataun kono aleh wong padha slamet”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “jika terjadi gempa di bulan Shafar, jika pada siang hari banyak orang di negara ini berpergian, serta banyak kekeringan melanda, jika pada malam hari suasana baik, dan banyak orang yang terselamatkan di tahun ini.

Pada saat bulan shafar, tampaknya banyak orang yang berada di luar rumah atau tempat tinggal mereka. Kemungkinan ini disebabkan oleh cuaca yang cerah atau keperluan aktivitas di luar.

Namun, gempa tersebut mungkin menyebabkan situasi yang darurat dan kekacuan, terutama jika banyak orang yang sedang berada di luar ruangan saat itu.

Selain itu disebutkan bahwa negeri tersebut sedang menghadapi masalah kekeringan yang serius. Kekeringan ini bisa saja menjadi faktor yang mempengaruhi banyak orang untuk berada di luar rumah, mencari air atau sumber daya lainnya.

Kekeringan yang melanda dapat berdampak negatif pada pertanian, persediaan air bersih, dan ekosistem di negara tersebut.

Namun pada malam hari, suasana terlihat lebih baik, ini mungkin artinya setelah terjadi gempa dan kekeringan, situasi mulai mereda, cuaca yang baik di malam hari mungkin memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk merasa lebih aman dan tenang setelah peristiwa terjadi.

3. Lindu pada bulan Rabiul Awwal

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa“Menawa ana lindhu ing sasi  Rabiul awwal yen awan Alamat akeh dara luhur padha gerah, yen bengi Alamat akeh udan,angin, ing segara akeh ombak gedhe

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika terjadi gempa pada bulan Rabiul awwal jika pada siang hari banyak merpati yang sakit, jika pada malam hari banyak hujan, anagin, banyak ombak besar di lautan”

Tulisan diatas tersebut memberikan petunjuk tentang tanda-tanda alam sebelum terjadinya gempa pada bula Rabiul Awwal.

Pada siang hari banyak merpati yang sakit, kemudian pada malam hari, tanda-tandanya adalah cuaca buruk dengan disertai hujan dan angin kencang, serta ombak besar di laut. Hal ini dianggap sebagai tanda adanya potensi gempa.

4. Lindu pada bulan Rabiul Akhir

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Rabiul akhir, yen awan Alamat akeh pepati wong lan, rajakaya, yen bengi Alamat becik akeh udan, murah sadhang pangan tetanduran padha tulus tuwuh”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika terjadi gempa di bulan Rabiul akhir, pada siang hari banyak orang yang mati, jika pada malam hari banyak hujan yang turun, makanan menjadi murah dan hasil panen akan tumbuh.

Pada saat bulan Rabiul Akhir dijelaskan bahwapada siang hari, tanda-tandanya ada banyak orang meninggal, sedangkan malam hari cuaca baik dengan turun hujan, harga panen menjadi melimpah, ini dianggap sebagai adanya potensi gempa

5. Lindu pada bulan Jumadil Awwal

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Jumadil awal yen awan alama akeh mungsuh, yen bengi Alamat panas banter, who-wohan padha rontog”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika terjadi gempa bumi pada bula Jumadil awal, pada siang hari banyak musuh, jika pada malam hari cuaca sangat panas sekali, dan buah-buahan pada berjatuhan.

6. Lindu pada bulan Jumadil Akhir

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Jumadhil akhir yen awan Alamat masane katiga dawa, ora udan, rajakaya akeh padha kuru, ing dalem setaun kono yen bengi, Alamat akeh penyakit tur palian

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika terjadi gempa di bulan Jumadhil akhir, hari ketiga panjang, tidak ada hujan, banyak hewan yang kurus, dan didalam satu tahun disana jika malam hari banyak penyakit dan lainnya.

7. Lindu pada bulan Rajab

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa“Menawa ana lindhu ing sasi Rajab, yen awan Alamat akeh penyakit ing dalem setaun iku, yen bengi Alamat akeh perang gedhe ing nagara”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika terjadi gempa di bulan Rajab, pada siang hari banyak penyakit yang datang dalam setahun ini, dan pada malam hari banyak perang besar di negara.

8. Lindu pada bulan Sya’ban

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi sya’ban, yen awan Alamat akeh wong mati, sarta lelarawarna-warna, yen bengi Alamat akeh wong ngalih panggonan lan sesatron.

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika terjadi gempa pada bulan Sya’ban, pada siang hari banyak orang yang mati, serta berbagai macam penyakit, jika pada malam itu banyak orang yang berpindah tempat dan arah.

9. Lindu pada bulan Ramadhan

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindu ing sasi Ramadhan, yen awan alamat akeh wong padha sulaya, dadi tukaran, sarta akeh wong padha ngalih.

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika ada gempa di bulan Ramadhan, pada siang hari banyak orang yang bertengar, berebut, serta banyak orang yang pergi.

10. Lindu pada bulan Syawwal

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Syawal yen awan Alamat akeh penyakit lan kerusakan, yen bengi Alamat akeh perang gedhe, serta akeh owahing pangaweyan, padha sulaya ing dalan”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika ada gempa di bulan Syawal, pada siang hari banyak pnyakit dan kerusakan, jika pada malam hari banyak perang besar, serta perubahan pekerjaan, dan semua jadi lemas di jalan”

11. Lindu pada bulan Dzulqo’dah

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Dzulqo’dah, yen awan Alamat akeh wong desa padha sulaya rebut pangan, karo kenoane dhewe yen bengi Alamat padha alih-alihan

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika ada gempa di bulan Dzulqo’dah, pada siang hari banyak orang di desa bertengkar karena berebut makanan, dan orang-orang pada malam hari banyak yang berpindah-pindah

12. Lindu pada bulan Djulhijah

Dijelaskan dalam buku “Primbon Jawa Kang Ngemot Sawarnaning Primbon Karahayon. Sala: Sadu Budi (T.Th.)” halaman 19

Tertulis kalimat dalam Bahasa Jawa “Menawa ana lindhu ing sasi Zulhijjah, yen awan Alamat akeh pallan, sarta akeh wong duka, padha sesatron, yen bengi Alamat akeh desa padha rusak dening udan deres, nanging murah beras pari, akeh padha gawe kabecikan”

Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya adalah “Jika ada Gempa di bulan Zulhijja, pada siang hari banyak kerepotan, dan banyak orang yang marah, mereka terpencar, kalau malam banyak desa yang hancur diterjang hujan deras, tetapi harga berasnya turun, murah, banyak yang membuat kebaikan.

Dalam kesimpulannya “Lindu” mengilustrasikan bahwa bagaimana Bahasa Indonesia mengandung keragama interprestasi yang mencerminkan kearifan lokal dan budaya.

Penafsiran Primbon Jawa mengenai “Lindu” dalam kalender bulan islam dapat mengenalkan kita pada tanda-tanda alam dan astrologi tradisional.

Meskipun mungkin berbeda dari pendekatan ilmiah, pandangan ini mengajarkan bahwa pentingnya kita untuk menjaga dan mengetahui warisan budaya yang kaya di dalam kehidupan Masyarakat.

(MG RikaPramudya)

 

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved