Mayat Diduga Korban Mutilasi di Turi
Pernyataan Keluarga Korban Mutilasi di Sleman, Tunggu Jenazah Dipulangkan ke Bangka
KELUARGA korban pembunuhan disertai mutilasi di Sleman masih menyiapkan proses pemulangan jenazah ke Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Iwan Al Khasni
Setelah dipotong, bagian-bagian tubuh korban kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik.
Kedua pelaku sempat beristirahat setelah memutilasi tubuh korban.
Setelahnya, pelaku W yang berdomisili di Yogyakarta melakukan survei tempat untuk membuang potongan tubuh korban.
Potongan tubuh korban itu dibuang pada Rabu (12/7) sore di sejumlah lokasi oleh para pelaku menggunakan sepeda motor.
"Setelah selesai mereka menghilangkan barang bukti tersebut, mereka kembali ke kos. Kemudian pelaku yang berasal dari luar Jogja kembali ke domisilinya di daerah Jakarta," kata Endriadi.
Potongan tubuh korban oleh pelaku dibuang di beberapa lokasi.
Potongan kaki dan tangan kiri ditemukan di kali Bedog, di bawah jembatan Kelor, perbatasan Bangunkerto dan Wonokerto.
Potongan kepala ditemukan terkubur di Kali Krasak, Merdikorejo Tempel.
Potongan tulang dan organ dalam ditemukan di kali Nyo, Bangunkerto.
Adapun daging, organ dalam dan pakaian milik korban ditemukan di Kali Nyamplung, Jlegongan, Margorejo Tempel.
Potongan daging juga ditemukan di sungai Nglinting, Sedogan perbatasan Lumbungrejo dan Merdikorejo. Sedangkan handphone korban ditemukan di Margorejo Tempel.
Atas perbuatannya, kedua pelaku disangka melanggar pasal 340 KUHPidana tentang pembunuhan berencana dengan ancaman 20 tahun penjara.
Kemudian pasal 337 tentang Pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun, dan pasal 170 ayat 2 ketiga, di mana kedua pelaku melakukan kekerasan bersama-sama dengan pidana paling lama 12 tahun.
Pelaku juga dijerat pasal 341 ayat 3 tentang penganiayaan yang mengakibatkan meninggal dunia dengan ancaman penjara paling lama 7 tahun.
Teman Kampus
Beberapa waktu lalu, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar doa bersama untuk Redho Tri Agustian menjadi korban mutilasi di Sleman.
Doa bersama berlangsung di depan gedung rektorat UMY, Senin (17/7/2023) malam. Agenda diikuti ratusan mahasiswa, tidak ada undangan khusus, hanya flyer yang disebar di media sosial.
Selain memanjatkan doa, mahasiswa UMY berbondong-bondong menyalakan lilin dan menabur bunga sebagai simbol kehilangan. Redho Tri Agustian adalah mahasiswa Fakultas Hukum UMY angkatan 2021.
Ia dikenal dengan nama panggilan Tomi oleh teman-teman dekat satu fakultasnya.
Setiyantoro Wahyu Aditama (19), teman satu fakultas Tomi atau Redho Tri Agustian datang ke agenda doa bersama dengan perasaan setengah tidak percaya temannya dihabisi dengan cara sadis.
Pria yang dipanggil Tian itu masih punya harapan kecil bahwa korban mutilasi bukan Tomi yang sudah dia kenal setahun lalu.
"Saya berharap kalau itu bukan Kak Tomi. Tapi kepolisian baru saja memberikan beberapa bukti, dan mengarahkan ke sana. Entah, hanya perasaan saya ingin tidak percaya itu," kata Tian saat bercerita kepada Tribunjogja.com.
Tian mengaku hubungannya dengan Tomi cukup dekat. Mereka kenal ketika masa orientasi kampus.
Tomi adalah senior satu tingkat di atasnya yang bertindak sebagai pembimbing kelompok Tian dan teman-temannya.
"Kak Tomi biasanya sering kasih kabar, karena biasanya kami sering mabar (main bareng) gim Mobile Legends. Terakhir kami kontakan tanggal 5 Juli, yang saya tahu dia lagi ada kesibukan waktu itu," jelas dia.
Waktu berbincang dengan Tribun Jogja, Tian duduk di samping foto Tomi dan lilin yang menyala serta bunga yang ditaburkan mahasiswa-mahasiswa. Ia bergeming, padahal banyak sudah beranjak selepas doa bersama usai.
Ia mengabadikan momen itu dengan berfoto di samping foto Tomi. Tian bilang kalau cara itu jadi pengingat untuknya suatu saat nanti, kalau Tomi adalah salah satu temannya yang berarti.
"Saya sudah dianggap seperti adiknya Kak Tomi. Teman-teman yang lain sering bilang 'tuh kakakmu'," katanya sambil mengenang.
Selain main Mobile Legends, Tian dan Tomi sama-sama menyukai dance, entah tarian tradisional atau modern. Dua hal ini membuat hubungan keduanya semakin erat.
Tian mengaku sering menjemput Tomi di kosnya yang hanya sepelemparan batu dari kampus UMY. "Biasanya buat nongkrong, main mobile legends," ujarnya.
Di beberapa malam terakhir, Tian merasa merinding setiap kali mengingat bahwa temannya dibunuh lalu dimutilasi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana saat-saat terakhir Tomi sebelum kehilangan nyawa.
"Saya membayangkannya sangat ngeri. Ada orang sebengis itu menghabisi nyawa orang lain, lalu dimutilasi. Saya sangat kesal, marah, benci karena itu," ucap dia.
Di mata Tian, Tomi adalah orang sangat ceria, peka terhadap lingkungan, dan sangat suportif. Bahkan agenda doa bersama di UMY yang dihadiri ratusan mahasiswa jadi pertanda bahwa temannya adalah orang yang baik.
"Saya senang banyak peduli sama Kak Tomi. Entah orang yang jauh atau tidak kenal, mereka datang ke sini buat berdoa," tutupnya. (Tribunjogja.com/Rif/Tsf)
UMY akan Fasilitasi Biaya Pemulangan Jenazah Korban Mutilasi di Turi Sleman |
![]() |
---|
Tindak Lanjut UMY Terkait Hasil Investigasi Korban Kejahatan Mutilasi di Sleman |
![]() |
---|
Polisi Periksa Sampel Ini untuk Pembuktian DNA Mahasiswa UMY yang Jadi Korban Mutilasi |
![]() |
---|
Dirreskrimum Polda DIY Ungkap Penyebab Kematian Mahasiswa UMY yang jadi Korban Mutilasi |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Polisi Umumkan Korban Mutilasi di Sleman adalah Redho Tri Agustian Mahasiswa UMY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.