Pameran Keris Bertahtakan Emas Murni di Jogja, Ada Keris Era Majapahit hingga HB 1

Sebanyak 27 bilah keris kamarongan dari 19 kolektor nasional dipamerkan di Pagelaran Mahakarya Keris Kamarogan Nusantara di Gallery Ndalem Poenakawan

TRIBUNJOGJA.COM/Hanif Suryo
Pengunjung menyaksikan puluhan keris kuno yang dipamerkan di Pagelaran Keris Kamarogan Nusantara di Ndalem Punokawan, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/5/2023). 

Sebanyak 27 bilah keris kamarongan dari 19 kolektor nasional dipamerkan di Pagelaran Mahakarya Keris Kamarogan Nusantara di Gallery Ndalem Poenakawan dari Sabtu (27/5/2023) hingga Senin (29/5/2023). Keris-keris kinatah kamarogan yang bertahtakan emas murni memiliki harga mahal.

Pengunjung menyaksikan puluhan keris kuno yang dipamerkan di Pagelaran Keris Kamarogan Nusantara di Ndalem Punokawan, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/5/2023).
Pengunjung menyaksikan puluhan keris kuno yang dipamerkan di Pagelaran Keris Kamarogan Nusantara di Ndalem Punokawan, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/5/2023). (TRIBUNJOGJA.COM/Hanif Suryo)

Beberapa kolektor yang ikut hadir untuk memamerkan koleksi karya masterpiece-nya dari berbagai era kerajaan, antara lain Nurjianto dengan Keris Majapahit, Sang Hyang Antaboga, AMY.

ADAM Prastitojati dengan keris Sepang, Kanjeng Kyahi Anggrek, Yogi Adiningrat dengan Kanjeng Khayi Manggolo Rekso – Singo Barong Luk 7, Sonny Handoko dengan keris Tilam Upih era HB I, Nyai Sekar Anggrek.

Kemudian I Made Puja Yasa dengan koleksi waris dari Kerajaan Bangli, Rangga Wilah, Luk 15, Mamen dengan Keris Naga Basuki dengan bentuk bermahkota emas, Agus Hermawan dengan Keris Lurus Jalak Ngore dari era HB VII yang bergandik unik berujud Gupala dengan kinatah emas.

Ust. Salim A. Fillah dengan koleksi Keris Panji Penganten era Majapahit berluk tujuh, Kanjeng Kyahi Panji Kencana.

Ketua SKM, Nurjianto atau akrab dengan sebutan Gus Poleng mengatakan, pagelaran ini menjadi berbeda karena tanpa adanya bursa jual-beli keris dan tosan aji seperti lazimnya.

"Kami di SKM ingin mencoba mengenalkan dan memperluas jejaring seni tradisi tosan aji, khususnya untuk tingkat Keris Kamarogan ke masyarakat umum sebagai bagian dari gerakan apresiasi untuk mencintai Keris sebagai salah satu warisan budaya adiluhung bangsa," terang Gus Poleng.

"Serta ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian seni budaya tradisi melalui Pameran Seni Tosan Aji, khususnya Keris Kamarogan pilihan dari para kolektor keris nasional. Demi mengangkat kembali, peran, citra dan gairah para peminat dan kolektor Keris Kamarogan pasca Pandemi Covid-19 tahun lalu," tambahnya.

Salah satu pembina SKM, Ki Budiharja berharap, perhelatan semacam ini bisa menjadi agenda kalender tetap bagi SKM dengan tema-tema yang tentunya berbeda dalam setiap eventnya.

Sehingga dapat ikut mengedukasi masyarakat pecinta dan pemerhati seni tradisi khususnya keris, juga bagi masyarakat luas pada umumnya, wisatawan nusantara dan mancanegara. Serta, bagi pelajar, mahasiswa, peneliti, ilmuwan, praktisi seni dan budaya di Yogyakarta dan sekitarnya.

Sekadar informasi, keris-keris kinatah kamarogan yang bertahtakan emas murni memiliki harga yang sangat jauh berbeda dari bilah keris pada umumnya.

Unsur keindahan artistik dan seni keris kamarogan, masih saja tetap diminati dan diburu oleh para kolektor apalagi keris jenis ini, mulai semakin langka di pasaran.

Bila melihat transformasi bentuk bilah dan kinatah yang mengikuti eranya dari Jaman Kedatuan, Kerajaan, Kesultanan yang sangat unik dan langka.

Sebab banyak diantara keris kamarogan ini memang menjadi simbol dan identitas pemiliknya hingga sangat layak jika disebut menjadi puncak Mahakarya Agung Nusantara buatan manusia dibidang seni tempa logam.

"Selain kini sudah semakin sulit dan langka untuk bisa memperolehnya. Keris Kamarogan memiliki nilai estetis dan cita rasa seni tersendiri karena kehalusan detail pola-garap tatah ukir emas yang nyaris sempurna pada masanya. Tak hanya itu, Keris Kamarogan umumnya memiliki anasir tuah yang baik dan kuat bagi pemiliknya," sambung kurator pagelaran, Ki Eko Supriyono.

"Biasanya, keris ini dipakai sebagai koleksi piyandel untuk kejayaan, kepemimpinan, kewibawaan, jabatan, pengayoman, panutan, tauladan, hingga tak ketinggalan beberapa diantaranya dipakai sebagai penangkal tolak-bala. Beragam unsur inilah, yang membuat keris-keris ini selalu dicari disetiap masanya oleh para kolektor keris baik nasional hingga mancanegara sebagai benda koleksi yang bernilai sejarah tinggi," tambahnya.

Selain Pagelaran Keris Kamarogan. Untuk pertama kalinya, SKM juga ikut memberi Penghargaan Anugerah Budaya Bidang Pelestari Tosan Aji Nusantara bagi 7 (tujuh) orang insan Pelestari Tosan Aji yang hingga hari ini masih tetap berkomitmen untuk bergerak dan bekerja bersama demi lestarinya tosan aji Nusantara.

Mereka adalah Ki Sungkowo Harumbrodjo (Mpu Keris Yogyakarta), Ki Subandi Suponingrat (Mpu Keris Surakarta), Dr. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M. (Sekretaris Jenderal Senapati Nusantara), Jejeneng Mpu Keris (JMK), Pande Wayan Suteja Neka (Founder Museum Keris Neka Art Museum (NAM), Ubud - Bali).

KPA. Wiwoho Basuki Tjokronegoro (Kolektor, Pemerhati Budaya dan Keris Nasional), Nugroho Eko Setyanto, S.Sos., M.M. (Kepala Dinas Kebudayaan – Kundha Kabudayan – Kabupaten Bantul), dan MM. Hidayat (Ketua Pengurus Harian (KPH) Senapati Nusantara dan Ketua PATAKA Surabaya. (Tribunjogja.com/Han)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved