Berita Jogja Hari Ini

Ditemukan 89 Kasus Sifilis di DI Yogyakarta Hingga Maret 2023

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Setyarini Hestu Lestari mengatakan, di tahun 2020 tercatat hanya ada 67 kasus sifilis

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
net
tanda dan gejala sifilis 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penyakit sifilis atau raja singa berdasarkan data Kementerian Kesehatan dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir atau sepanjang 2016-2022.

Kasus sifilis secara nasional meningkat dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.

Peningkatan kasus sifilis juga terjadi di wilayah DI Yogyakarta.

Baca juga: Live Streaming RCTI plus Indonesia vs Kamboja SEA Games 2023 Malam Ini

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Setyarini Hestu Lestari mengatakan, di tahun 2020 tercatat hanya ada 67 kasus sifilis di DIY. 

Kemudian di 2021 meningkat menjadi 141 kasus dan pada 2022 kembali merangkak naik sebanyak 333 kasus.

"Tahun 2023 terdapat 89 kasus per Januari hingga Maret," kata Rini, Rabu (10/5/2023).

Sifilis tergolong penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum. 

Penularannya disebabkan oleh aktivitas seksual yang dilakukan oleh penderitanya, seperti penetrasi, seks oral, atau seks anal.

Penyakit ini tidak menyebabkan case fatality rate (CFR) atau angka kematian.

Berbeda halnya dengan penyakit IMS HIV /AIDS.

Meski demikian, ibu hamil paling dikhawatirkan jika terpapar penyakit raja singa.

Sebab, sifilis kongenital pada Ibu hamil terkadang tidak menunjukkan gejala. Atau gejala yang muncul tak terlihat.

Jika tidak diobati bisa menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Bahkan, bisa menyebabkan kematian bayi yang dilahirkan.

Untuk mencegahnya selalu dilakukan tes laboratorium sederhana sebelum persalinan.

Dilakukan skrining terhadap berbagai macam penyakit seperti Hepatitis B, sifilis, HIV, malaria, TBC, dan sebagainya.

“Sifilis bisa diobati dan ada obatnya seperti antibiotik,” bebernya.

Disinggung kenaikan kasus sifilis di DIY dalam beberapa tahun terakhir, Rini belum bisa membeberkan alasannya.

Sebab perlu dilakukan kajian secara lebih mendalam untuk mengetahui penyebabnya.

"Harus dilihat faktor risikonya. Kalau saya nggak lihat data nanti tidak evidence based," katanya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved